Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 27 September 2016

Tanah Air (Negeri Sendiri)

Assalamu’alaykum Wr.Wb..
Cerita ini hanyalah cerita fiktif hasil karya imajinasi, merupakan suatu CERITA ANALOGI yang diangkat dari kehidupan nyata sang penulis.
Perkenalkan namaku Ran, Azura Mutiara Kiran lengkapnya, anak bungsu dari empat bersaudara. Aku lahir di negeri yang kaya akan sumber daya alam, tepatnya di sebuah kota kecil di tengah megahnya dua gunung dan dikelilingi deretan perbukitan, sebut saja kota hutan. Delapan belas tahun aku menetap dengan cerita kehidupan yang bisa terbilang nyaman, rasa bangga dan tertarik dengan negeri ini pun mulai tumbuh subur di hati. Sampai suatu ketika usiaku mulai dewasa, pemikiranku mulai matang, dan pengalamanku mulai banyak, kulihat dan kurasakan negeri ini tidak seindah semasa kecilku dahulu, pandanganku terhadapnya bagaikan pandangan sebelah mata. Melalui siaran televisi, aku melihat negeri di luar sana lebih indah dari negeri ini. Pesona keelokannya membuat orang-orang lebih ramai mengunjungi tempat itu. Aku ingin kesana, batinku. Aku pun memutuskan untuk berkelana ke negeri lain.
Saat tiba di negeri pertama keadaannya sangat berbeda dengan negeriku, dengan teknologinya yang sudah maju, semua serba canggih. Aku menjelajahi isi negeri tersebut dan kutemukan sebuah barang yang hendak kubeli untuk dijadikan buah tangan, ternyata setelah diteliti barang tersebut buatan negeriku sendiri. Aku sedikit tak percaya, barang karya negeriku dapat menembus pasar negeri semaju ini. Akhirnya kuurungkan niat untuk membelinya. Jauh-jauh ke negeri orang hanya untuk membeli barang negeri sendiri, alangkah lebih baiknya jika membeli langsung dari pembuatnya di negeri sendiri, pikirku. Tak lama tinggal di sini, perasaan bosan mulai menyelimuti, terlebih gaya hidup dan pergaulan di sini terbilang seronok, menambah ketakutan pada diri, tak seperti di negeri sendiri yang penduduknya masih memiliki rasa malu. Kerinduan itu mulai kurasakan.
Aku putuskan untuk berkelana ke negeri kedua, memang tak seindah dari negeri pertama namun tak ada salahnya menginjakkan kaki ke negeri yang belum pernah kujelajahi. Tak berapa lama tinggal, aku memutuskan untuk berkelana ke negeri lain. Hal ini karena penduduk di sini acuh tak acuh dan terbilang tidak ramah bahkan sulit untuk diajak basa-basi, semua serba serius serasa tak ada interaksi sosial karena sibuk dengan urusan masing-masing. Ketika hendak membeli buah tangan, aku menemukan barang yang ternyata juga buatan negeriku. Sangkaanku terhadapnya ternyata kurang sesuai dengan pandangan awalku. Rasa bangga diikuti rasa rindu ingin kembali mulai muncul, terlebih jika mengingat perilaku penduduk negeri ini yang tidak seramah di negeri sendiri. Tapi keinginan untuk menjelajahi negeri lain yang lebih indah seperti yang pernah ku lihat di televisi begitu besar sehingga kuurungkan niat untuk kembali ke negeri sendiri.
Di negeri ketiga ini, ragam budayanya dapat dibilang banyak, namun ada perasaan sedikit mengganjal di hati. Salah satu budaya negeriku di tampilkan di sini dan diakui murni budaya negeri ini. Aturan yang melarang mengenakan hijab pun ditegakkan di beberapa wilayah negeri ini. Aku yang sejatinya seorang muslim sudah barang tentu mengetahui bahwa hijab adalah suatu kewajiban, tentu tidak akan melepaskannya begitu saja meskipun orang-orang disini menyarankan untuk melepas, dan tak sedikit yang mencemooh. Perasaan menyesal itu mulai muncul, ketika semakin jauh aku menjelajah negeri lain semakin tak seindah dan sebaik negeri sendiri. Perasaan itu mencuat dengan mengetahui budaya negeri sendiri diklaim oleh negeri lain. Dan lagi-lagi barang buatan negeri sendiri menembus wilayah yang notabene jauh dari jangkauan negeriku. Kerinduan akan negeri sendiri membuatku kembali setelah sekian lama aku meninggalkannya karena mencari negeri yang lebih indah darinya.
Saat aku kembali ke negeri sendiri, aku mulai paham bahwa yang ditampilkan oleh negeri lain dalam siaran televisi hanyalah keindahan bentang alam, budaya serta perilaku yang baik di mata orang sehingga mampu menarik wisatawan untuk berkunjung, sedangkan kejadian-kejadian yang tidak baik disembunyikan dari publik. Bandingkan dengan negeri sendiri yang tiap hari selalu ada saja kejadiannya, dan mudah berkembang menjadi sorotan sehingga publik dapat dengan cepat mengetahuinya. Namun itu hanyalah pandangan sebelah mata karena tak selamanya penampakan luar yang indah menampilkan kesan yang indah pula di dalamnya. Negeri ini sejatinya indah jika lebih mendalami untuk mengenal sejarahnya, hanya karena dipandang sebelah mata saja oleh penduduknya sehingga pancaran alami dari dalam negeri ini pun redup. Pengalaman berkelana ke negeri lain menjadi guru terbaik bagiku, apa yang aku inginkan memang ada di negeri lain namun apa yang sebenarnya aku butuhkan ternyata ada di depan mata, hanya perlu menengok lebih dalam untuk dapat mengenalnya, mempelajari dengan lebih sabar dan serius agar dapat mengetahuinya, serta menjaga dan melestarikan dengan penuh cinta agar memperoleh manfaatnya. Ya, di sini, di negeri sendiri. Sebuah petikan sajak dari sebuah syair pun berbunyi:
Walaupun banyak negeri ku jalani,
yang mahsyur permai dikata orang,
Tetapi kampung dan rumahku,
di sanalah kurasa senang,
Tanahku tak kulupakan,
engkau kubanggakan.
Wa’alaykumussalam Wr.Wb..

Minggu, 25 September 2016

LIBURAN SEMESTER 3: #6 PETIK RAMBUTAN GRATIS SEMUTAN

-190213-
Disaat matahari mulai menampakkan cahayanya, perut ini mulai merasa lapar, maka kami memutuskan keluar untuk mencari sarapan. Karena mbak tak ingin sarapan seperti kemarin, kali ini kami menuju ke arah barat. Lama tak menemukan dan jauh jarak yang kami tempuh sampailah kami pada warung gudeg di pinggir jalan. Nasi, gori, krecek, dan tahu, awalnya aku mengira berharga lima ribu, ternyata lebih dari yang dipikiran, niatnya mencari makanan di pelosok dengan tujuan mendapat harga terjangkau eh malah lebih mahal dari sarapan kami kemarin. Ketika kami sedang menikmati sarapan kami, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata putri bungsu ibu kost meminta mbak untuk mengantarnya ke sekolah, terpaksa sarapan ia tinggal dahulu. Selesai aku sarapan, mbak pulang ke kost dan melanjutkan sarapannya, sedangkan aku mandi dan mencuci baju. Pukul 11.00 kami berpamitan kepada ibu kost sembari membeli frozen food untuk dimakan di tempat bimbel nanti dan di rumah nenek. Hari ini aku tak langsung pulang ke Wonosobo, melainkan menginap semalam di rumah nenek dan pulang besok pagi. Sampai di tempat bimbel, ternyata si kucing datang. Kebetulan, kami sedang merebus baso tulang ikan dan tahu ikan, semoga si kucing suka, hehe sabar ya..
Alhamdulillah matang juga, saatnya menyantap. Awalnya, si kucing memang suka tapi entah karena panas atau bagaimana akhirnya ia tak suka meskipun aku sudah mencoba mendekatkan ke mulutnya. Karena baso tulang ikan ia tak suka, maka ku coba tahu ikan. Hore.. ia suka, tak kasih lagi eh malah ditinggalin dan memilih duduk di atas bangku plastik.

Tak berapa lama ia menuju teras, duduk, lalu klekaran (bahasa Indonesia: tiduran atau bersantai). Dasar kucing si manis sukane di jalan, kalau keinjak rasain lho, hihi.
Pukul 11.30 bimbel kami tutup, meninggalkan si kucing sendirian di depan teras (berubah profesi jadi satpam), dan menuju rumah nenek. Sampai di rumah nenek aku disambut oleh si sapi (kucing nenek yang mirip sapi), saat sedang duduk tiba-tiba ia tidur di pangkuanku, aku pun tak bisa berbuat apa-apa, untuk bergerak saja susah rasanya. Setelah sholat Dhuhur, mbak langsung pergi ke Jagoan karena ada rapat bersama semua pihak bimbel, dan inilah perpisahanku dengan mbak, karena liburan akhir semesterku hampir selesai aku pun harus pulang ke rumah, ku lihat motor mio berwarna biru itu meninggalkan rumah nenek. Karena hendak berwudhlu, maka si sapi terpaksa ku turunkan ke kursi dan ia melanjutkan tidurnya.
Sore hari, sekitar pukul 16.15 nenek mengajakku untuk memetik rambutan di rumah yang utara bersama saudara (mbak Dwi). Saat aku hendak pergi ada telepon masuk, itu dari Ibu, ku angkat, kami mengobrol sebentar tentang mbak. Di luar nenek sudah menyuruhku untuk cepat, karena hampir ditinggal, ku jelaskan kepada Ibu hingga akhirnya Ibu mengerti dan membiarkanku untuk memetik rambutan terlebih dahulu. Sampai di lokasi, wah.. yang merah sudah sedikit, itu pun letaknya sangat tinggi, akhirnya dapat seadanya saja. Satu per satu rambutan jatuh, aku pun mengambil dan memasukkannya ke dalam karung, dan tak ku sangka banyak semut sampai mengerubungi tanganku. Pendapatan kali ini terbilang lumayan (sudah alhamdulillah sekali), kami kembali ke rumah nenek untuk memetik rambutan yang ada di depan rumah. Wow.. hati-hati kelilipan semut, salah satu cabang ku pegangi sedangkan mbak Dwi dan nenek mengambil rambutan. Tak tahan tubuh ini dirembeti banyak semut, ku lepas peganganku, kami semua kesemutan, hihi (^_^). setelah berbagi pendapatan antara nenek dan mbak Dwi, teras yang penuh dengan semut ku sapu kemudian aku mandi. Menjelang Maghrib, si sapi ku bawa ke atas ranjang yang berada depan. Eh.. eh.. tadi dirembeti semut kali ini gantian dirembeti kucing (dasar manja, hihi). Adzan Maghrib telah berkumandang, ku geser si sapi dan berusaha tidak membangunkannya. Seusai sholat Maghrib dan mengaji, ku lihat si sapi masih nyenyak tidur, sampai terkadang aku menganggunya, matanya sempat terbuka namun terpejam lagi, sampai aku sendiri yang lelah (hehe kuwalat).
Keesokan harinya (20/02), pukul 07.30, seusai sarapan aku langsung berpamitan kepada nenek dan kakek, serta mas yang kebetulan tadi malam belum sempat bertemu karena pulangnya larut. Haduh, aku malah dibawain rambutan yang kemarin dipetik untuk dibawa pulang. Saat motor mio merah sedang ku panasi, si sapi ndempel-ndempel di kakiku, seperti tak rela aku pergi meninggalkannya. Kakek yang melihat kejadian itu menyuruhku membwanya dengan memasukkannya ke karung yang berisi rambutan, hihi. Tak berapa lama motor mio merah yang ku kendarai menjauh dari rumah nenek.

Kamis, 22 September 2016

LIBURAN SEMESTER 3: #5 MOMENT YANG BELUM TERABADIKAN

-180213-
    Hari ini, Selasa (18/02), merupakan hari terakhirku disini. Pagi ini, kami merasa sangat lapar, maka kami pergi keluar mencari sarapan. Aku membeli sarapan dan mbak membeli biskuit untuk cadangan bila esok lapar menyerang lagi di waktu pagi. Pukul 10.00 lebih kami berangkat ke tempat bimbel. Tiba disana, sudah ada teman mbak yang sedang duduk di sofa. Sembari menunggu waktu sampai pukul 14.30, mbak dan temannya mengobrol masalah jodoh, aku yang sibuk dengan laptop terkadang ikut bergabung cerita. Sampai tak terasa tiga anak SD kelas I masuk ke tempat bimbel. Waktunya bagi mbak untuk beraksi dan mengeluarkan tenaga dalam (seperti film Dragon Ball saja, hihi) menghadapi anak-anak tersebut. Aku yang mendengarkan pembelajaran yang sedang berlangsung, dan sesekali melihat keadaan dibuat heran. Ternyata begini susahnya mengajar anak SD kelas I, mbak yang sempat kuwalahan menawariku untuk mengajar, tapi aku tak mau. Bagaimana denganku nanti, seusai mbak menulis di papan tulis dan menengok ke belakang saja muridnya pada berlarian ke ruang tunggu, haduh. Hari ini ada dua jadwal bimbel, yaitu SD kelas I pukul 14.30 dan SMP kelas VII dan IX pukul 16.00. seusai mbak mengajar, ia tampak lelah, lalu beristirahat. Di waktu yang sama, pembelajaran SMP dengan tentor lain dimulai. Di tengah pembelajaran, eh si kucing datang dan masuk, karena tidak ada makanan ia pun pergi ke belakang, tak jua menemukan makanan, ia berhenti di ruang yang digunakan untuk mengajar, lalu duduk manis, sembari melihat dan mendengarkan pembelajaran ya mungkin, hehe. Tapi sayangnya tidak ada dokumentasi berupa gambar, sehingga merupakan moment yang tidak terabadikan. Waktu menunjukkan pukul 15.30, semestinya bimbel sudah ditutup namun karena pembelajaran belum selesai terpaksa kami menunggu sampai pukul 17.45, akhirnya murid-murid pulang dan bimbel kami tutup kemudian kami pulang. Di tengah jalan, aku dan mbak sempat mengisi premium di SPBU, lalu membeli soto (lagi-lagi soto) untuk makan malam. Sampai di kost, aku mulai menata dan membereskan barang-barangku, malam ini kami tidur lebih awal guna mempersiapkan tenaga untuk besok. Selamat malam (^_^).

LIBURAN SEMESTER 3: #4 KESET ‘WELCOME’ BARU DI TEMPAT BIMBEL

-170213-
... Sampai di tempat bimbel, ternyata si kucing sedang menemani teman mbak yang sedang duduk di sofa, tak ada pekerjaan lainnya selain tidur dengan gaya yang berubah-ubah. 


 Posisi awal

 ‘lirikkan matamu menarik sapi’, matanya setajam ular

 manisnya (^_^)

 posisi kedua, soim...ut

 Posisi ketiga dengan mata setengah melek

 posisi ketiga

 Gemez (>_<) 

 posisi keempat, seperti udang

Tak terasa adzan Dhuhur telah berkumandang, aku dan mbak pamit kepada teman mbak untuk sholat, seusai sholat kami bertiga keluar membeli jajan, ssstt.. mumpung si kucing sedang mimpi, kami kunci ia di dalam tempat bimbel. Kami jalan bertiga menuju ke arah barat, teman mbak membeli cilok sedangkan aku dan mbak membeli batagor. Sepulang dari jajan, kami langsung menikmatinya, tak disangka si kucing bangun dan mendekati teman mbak yang sedang menikmati ciloknya. Karena tak dihiraukan ia pun pergi menuju teras. Eh lah dalah.. tiba-tiba kog ada keset ‘welcome’ baru majang di teras, hihi.. ini dia keset baru milik bimbel mbak (^_^).

Tak berapa keset itu pun hilang entah kemana. Waktu menunjukkan pukul 15.30, itu artinya ada jadwal les untuk kelas 4, 5, dan 6 SD. Pertaman mbak yang mengawali pembelajaran materi bahasa Inggris, selang kurang lebih satu jam, ternyata anak-anak meminta pembelajaran IPA, mbak menemuiku di ruang tunggu dan memintaku untuk mengajar IPA, namun setelah ku lihat materinya ternyata semua hapalan dan pertanyaan-pertanyaan merujuk ke praktik, maka dari itu aku meminta mbak saja yang mengajar (yang mempunyai pengalaman lebih dari aku). Saat jam bimbel hampir selesai, bapak dari salah satu murid kelas IV SD datang untuk melihat, menunggu, dan menjemput. Di ruang tunggu, beliau sempat menanyakan perihal pembelajaran yang diajarkan di bimbel. Karena pengetahuanku masih minim tentang bimbel mbak, maka ku jawab sebisaku dan meyakinkan bapak tersebut. Pukul 17.00 bimbel diakhiri dan murid-murid pulang ke rumah sedangkan kami (aku, mbak, dan teman mbak) menunggu sampai pukul 17.30. Saat jarum jam menunjukkan waktu tersebut, kami menutup tempat bimbel dan pulang.

LIBURAN SEMESTER 3: #2 HARIMAU BELANG ATAU...???



 -150213-
Hihi.. lucu ya kalau lihat gambar ini. Penasaran kah? Kira-kira sedang ngapain ya itu? Ayo cari tahu ceritanya (^_^)
Awalnya ketika sedang duduk di sofa tempat bimbel mbak di Blabak, Magelang sembari melihat lalu lalang kendaraan, tanpa sengaja aku melihat seekor kucing berwarna putih dengan paduan warna coklat tua berbelang hitam dengan matanya yang seperti memakai celak sedang duduk manis di teras. Sontak aku mendekatinya dan berharap ia tak lari. Eh.. ternyata saat dia berjalan ke arahku badannya yang gemuk kelihatan, dan rupanya dia berjenis kelamin betina (pantesan (-_-)). Ku lihat dilehernya ada sebuah kalung dari rajutan, itu tandanya ia ada yang punya, yah. Mbak dan temannya secara bergantian menggendong si kucing (maklum kami semua suka kucing, hihi). Akhirnya si kucing duduk layaknya sang permaisuri dengan ekor panjangnya yang mirip seperti ekor harimau (belang-belang).
Tak berapa lama kemudian mata si kucing tertuju pada wadah makanan berwarna hijau, ia pun segera mendekatinya. Teman mbak yang mengetahui hal tersebut langsung memberinya makan rogout roll yang terbuat dari tepung roti dengan berisikan kentang, wortel, dan sayuran, mirip resoles. Awalnya si kucing enggan tapi karena dibujuk dan mungkin karena si kucing kelaparan, eh dimakan juga, namun yang mengherankan sejak awal tadi aku tak mendengar suara ‘miauw’nya, aneh.. pendiam berarti kucingnya. Saat dia makan ekornya yang panjang tak pernah ia lengkungkan (kalau keinjak rasain tuh, hehe).
Tiba-tiba di luar terlihat abu yang bertebangan mirip seperti kabut, angin pun mendadak menjadi kencang. Pintu kami tutup dan makan siang ya nunggu sampai angin mereda. Hari ini adalah satu hari setelah gunung Kelud meletus kemarin. Meskipun berada di Kediri, Jawa Timur dan sangat jauh dari tempat kami berada namun angin berhembus ke barat sehingga abu letusan sampai ke provinsi Jawa Tengah bahkan Jawa Barat, tebal abunya mirip seperti saat gunung Merapi meletus (Subhanallah). Untungnya si kucing sudah di dalam. Melihat kondisi di luar si kucing pun memilih tidur d sofa, dan tidurnya lelap sekali dengan wajah sok imut (dasar ipus nglempus, hihi). Kondisi di luar masih berkabut debu, terpaksa aku dan mbak keluar mencari makan siang karena desakan perut keroncong. Berbekal masker dan khususnya kaca mata untuk mbak, ia mengendarai motor mio berwarna biru menerjang kencangnya abu yang bertebangan, haduh tetap saja mata kami kelilipan. Akhirnya sampai di warung makan soto yang tak jauh dari tempat bimbel dengan mata kedip-kedip. Menu makan siang ini adalah soto dengan tambahan abu letusan gunung Kelud, hehe. Meskipun begitu kami tetap lahap menghabiskan sotonya. Saat kembali ke tempat bimbel, si kucing sedang duduk menemani teman mbak yang sedang makan (hu, ada maunya). Karena tidak diberi makan oleh teman mbak akhirnya ia kembali ke sofa dan melanjutkan tidurnya, (-_-). Dan inilah wajah sok imutnya, lagi mimpi apa ya kira-kira? Hihi (^_^)


Waktu menunjukkan pukul 15.30 dan satu per satu siswa mulai memasuki tempat bimbel. Ini adalah hari kedua aku mengajar sebagai tentor matematika SD kelas V dan VI dalam satu kelompok. Sore ini aku mengajar dua orang anak (kelas V dan VI). Ku tanyakan materi di sekolah dan ku samakan materi antara keduanya, yaitu tentang pecahan, desimal, dan persen. Setelah ku jelaskan cara menyelesaikan yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah, akhirnya mereka paham, maka aku memberinya soal untuk dikerjakan setiap selesai menerangkan guna mengukur kemampuan mereka. Alkhamdulillah mereka bisa mengerjakan soal yang diberikan, aku pun makin semangat dalam menerangkan sampai tak terasa pukul 16.45 bimbel ku akhiri lebih awal karena ternyata aku salah melihat jam (waktu sudah menunjukkan pukul 17.09), tak apalah, karena terlihat cuaca sudah gelap, kasian juga mereka bila pulang kehujanan. Seusai mengajar aku kembali ke ruang tunggu tempat si kucing tidur, eh.. ternyata sudah tidak ada, ya sudah.. beres-beres dan pulang ke kost bersama mbak.

Kreasi Powerpoint sebagai Multimedia Interaktif dan Poster

Assalamu'alaikum..
sahabat.. bagi kalian yang kurang mampu menguasai program corel draw atau photoshop, jangan khawatir bila kalian tak bisa membuat sebuah poster menarik. Masih ada program komputer yang dapat digunakan untuk mendesain sebuah poster/pamflet, yakni Microsoft PowerPoint. Tak asing bukan dengan program tersebut? Microsoft Powerpoint umumnya digunakan sebagai perangkat untuk menyajikan makalah atau presentasi, namun program tersebut juga mampu digunakan sebagai multimedia interaktif bahkan membuat poster/pamflet, hanya bagaimana kreativitas kalian mengolah program tersebut sehingga memproduksi karya menarik. Program tersebut mampu memadukan teks, gambar, audio, musik, animasi, video, bahkan dapat dihubungkan dengan program lain yang menjadikan Microsoft PowerPoint memiliki kelebihan dari program serumpunnya (Microsoft Word & Microsoft Excel). Aku sudah membuktikannya, melalui penelitian skripsiku.. aku mengembangkan multimedia interaktif dan membuat poster menggunakan program Powerpoint. dan berikut merupakan contoh poster yang ku buat..
semoga tulisan ringkas ini bermanfaat bagi sahabat.. salam kreasi, salam konservasi (^_^)
Wassalamu'alaikum Wr.Wb..
contoh poster



contoh multimedia interaktif







Minggu, 12 Juni 2016

SAHABAT

Apa kabar kalian, para sahabat?
Masihkah mengenaliku?
Aku disini sedang menempuh cita-cita,
Keluar dari kampung halaman karena tujuanku
Kalian juga melakukan hal yang sama bukan?

Disini aku mengenal banyak teman baru
Dan menambah sahabat atas izin-Nya
Tentu kalian juga merasakan itu
Kawan baru bertambah, kawan lama entahlah
Oh.. bukan itu, sekali lagi bukan itu yang ku maksud
Kita kini sedang berjuang
Menjalani pengalaman-pengalaman haru
Fokus pada tujuan di depan, hingga terlupa untuk menoleh ke belakang
Namun saat dunia membuatmu sibuk
Aku yakin, sama sepertiku, semilir akan membawa angan
ke masa lalu..
Membuka kenangan yang pernah terkunci dalam
Lembaran demi lembaran mulai terkumpul
Menyuruh untuk sekedar menyapa kawan lama
Dalam angan, dengan senyum

Bolehkah aku mengutarakan,
Rindu...?
Kata yang biasa diucapkan kala kita berjumpa bukan?
Apakah terbesit pula kata itu dalam qalbu,
Wahai sahabat?

Masih ingatkah kalian,
Kala itu di masa putih abu-abu
Kadang terhias senyum mentari bersinar,
Kadang terbalut kabut mendung kelabu
Tapi jangan khawatir kawan,
Biarkan air hujan menyiram hati yang kaku
Karena setelah itu akan tercipta pelangi indah nan menawan

Aku menunggu kabar kalian,
Menunggu ketetapan-Nya untuk mempertemukan dalam suatu waktu
Rinduku tak hanya jumpa
Pesan kalian jualah rinduku
Satu per satu kontak kalian mulai hilang
Hilang jualah tali yang sempat terhubung
Satu pintaku untuk kalian,
Jangan lupakan kita sebagai rumpun

Jumat, 27 Mei 2016

Sebab Skenario Allah Selalu yang Terbaik, YANG PENTING YAKIN!

Beli parfum sambil berkelana,
Berkelana melewati selat
Assalamu'alaikum kau yg disana,
Masih kah hari ini semangat?

jika penat yang kau rasa, bangunlah..
jika lelah yang kau rasa, menunduklah..
Akhir-akhir ini, kesibukan dunia membuat kita jarang saling menyapa. Gaya bahasa pesanmu menyuruhku sejenak membiarkanmu berkelana dalam kesibukan, tanpa kau beritahu aku.. aku yang salah? ataukah kau yang sudah lelah? entahlah.. kau yang lupa atau aku yang tak peka.
Mendung kini tiba kemari dan membiarkan rintik syahdu menyiram hati, tanpa kau naungi, aku seorang diri. Selama ini pun aku bungkam tentang kegundahan hati, kau tak pernah mengetahui, yang kau ketahui hanya aku selalu sibuk sendiri.
Dua pekan ini aku mengajar les privat di daerah selatan kota ini hingga pulang larut malam, kau tak mengetahui hal ini bukan? Jikalau aku beritahu tentu tak kau izinkan, jika ku beritahu kedua orang tua, tentu menjadi kekhawatiran, bukan aku tak mampu menolak, inilah balas budiku kepada mereka yang ku anggap keluarga di tanah rantau, kau tak perlu khawatir, mereka sangat baik kepadaku, menganggap diri ini layaknya satu bagian anggota keluarga. Bukan tidak diizinkan untuk tinggal, aku selalu diminta untuk tinggal dan menemani mereka saat gelap serentak dengan sunyi, tapi selalu ku sangkal, aku tak ingin merepotkan seperti kala dulu terjun di lapangan. Meski was-was selalu hadir dalam benak kala aku di tengah hitam, tanpa kau temani, selalu ada yang menemani dan melindungi, meski Dia tak tampak disini tapi ku yakini Dia dalam hati.
Terkadang aku iri melihat teman-teman menjalani kesibukan saat ini bersama tambatan hati masing-masing, aku sudah terbiasa mengerjakan tugas sendiri namun entah mengapa untuk tugas yang satu ini aku membutuhkan teman di sisi diri, angan sempat membawaku terbang memikirkan seorang pendamping yang menemani kala aku pergi menjelajah bumi, aneh bukan? mengapa aku harus iri saat ku yakin Allah telah menyiapkan seorang pendamping diri ini, saat ini ia memang sedang bersembunyi, aku hanya perlu menanti sembari memantaskan diri kala ia kemari yang tak seorang diri.
Hari ini kau menelponku, kau panggil aku dengan sebutan yang tak pernah ku dengar sebelumnya. Pernahkah kau keluarkan sebutan itu pada wanita lain? Kata maaf pun tiada kau haturkan. Ada apa denganmu? Ketika ku coba serius kau menyimpangkannya menjadi hal yang lucu. Aku tak pernah mengenalimu seperti itu, jika tugas ini menjadi bebanmu, laksanakanlah.. karena dengan begitu beban itu akan berkurang, bukan dengan mendatangiku hanya untuk membuang semua kepenatanmu. Jikalau memang beban itu terlalu berat, cobalah bagikan kepadaku andai itu mampu meringankan bebanmu, aku akan bantu. Ingatlah sebuah petuah, “seiring dengan kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar”. Aku pun sering merasakan kepenatan karena tugas ini, saat ku pikul sendiri, tanpa mau kau pahami dan sedikitpun tak pernah ingin kau mengetahui, kala ku butuh sebuah motivasi, Allah menggantikanmu dengan orang lain yang mampu menguatkan diri ini, menemaniku saat yang lain pergi, memberi pelangi kala sedih mengampiri dan menyadarkanku untuk tidak berhenti, kembali menunduk berikhtiar menyerahkan diri kepada Ilahi.
Sadarilah, tugas ini tak hanya ada pada pundakmu, pandangi sekelilingmu, tak perlu kau pandang yang jauh, adakah yang tiada mengeluh? Semua yang sedang memikul tugas ini menjalani segala rintangan, yang membedakan adalah ketangguhan. Kita layaknya besi yang sedang ditempa setelah dibakar, maka dari itu perlu lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya sehingga tetap berdiri tegak meski angin menerpa kencang.
Aku tak berani menaruh penuh harap padamu, karena yang aku harapkan selalu ada dimana arah pandangan ini tertuju. Kepercayaanku kepada-Nya yang menguatkan hasrat, membulatkan tekad, dan memusatkan niat atas amanah orang tua yang kini ada di pundak. Harapku pada-Nya:
Semoga sibukku dan sibukmu menjadi sibuk yang mendekatkan rezeki yang baik, hingga Allah percaya masing-masing dari kita sedang berjuang di jalan yang baik.
Jika memang penat yang kau rasa, bangunlah..
Jika memang lelah yang kau rasa, menunduklah..
Sebab hanya dengan berdo’a lalu meminta penuh harap aku bisa menembus waktu dan berjalan di pematang-pematang takdir. Do’aku bukan hanya tentang mimpi yang tersisa namun juga rindu agar ia segera menemukan akhir, sebab skenario Allah selalu yang terbaik, YANG PENTING YAKIN!.
Ada kupat kecampur santen, sedaya lepat kula nyuwun pangapunten.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 27 Mei 2016
 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate