Beli parfum sambil berkelana,
Berkelana melewati selat
Assalamu'alaikum kau yg disana,
Masih kah hari ini semangat?
jika penat yang kau rasa, bangunlah..
jika lelah yang kau rasa, menunduklah..
Akhir-akhir ini, kesibukan dunia membuat kita jarang saling menyapa. Gaya bahasa pesanmu menyuruhku sejenak membiarkanmu berkelana dalam kesibukan, tanpa kau beritahu aku.. aku yang salah? ataukah kau yang sudah lelah? entahlah.. kau yang lupa atau aku yang tak peka.
Mendung kini tiba kemari dan membiarkan rintik syahdu menyiram hati, tanpa kau naungi, aku seorang diri. Selama ini pun aku bungkam tentang kegundahan hati, kau tak pernah mengetahui, yang kau ketahui hanya aku selalu sibuk sendiri.
Dua pekan ini aku mengajar les privat di daerah selatan kota ini hingga pulang larut malam, kau tak mengetahui hal ini bukan? Jikalau aku beritahu tentu tak kau izinkan, jika ku beritahu kedua orang tua, tentu menjadi kekhawatiran, bukan aku tak mampu menolak, inilah balas budiku kepada mereka yang ku anggap keluarga di tanah rantau, kau tak perlu khawatir, mereka sangat baik kepadaku, menganggap diri ini layaknya satu bagian anggota keluarga. Bukan tidak diizinkan untuk tinggal, aku selalu diminta untuk tinggal dan menemani mereka saat gelap serentak dengan sunyi, tapi selalu ku sangkal, aku tak ingin merepotkan seperti kala dulu terjun di lapangan. Meski was-was selalu hadir dalam benak kala aku di tengah hitam, tanpa kau temani, selalu ada yang menemani dan melindungi, meski Dia tak tampak disini tapi ku yakini Dia dalam hati.
Terkadang aku iri melihat teman-teman menjalani kesibukan saat ini bersama tambatan hati masing-masing, aku sudah terbiasa mengerjakan tugas sendiri namun entah mengapa untuk tugas yang satu ini aku membutuhkan teman di sisi diri, angan sempat membawaku terbang memikirkan seorang pendamping yang menemani kala aku pergi menjelajah bumi, aneh bukan? mengapa aku harus iri saat ku yakin Allah telah menyiapkan seorang pendamping diri ini, saat ini ia memang sedang bersembunyi, aku hanya perlu menanti sembari memantaskan diri kala ia kemari yang tak seorang diri.
Hari ini kau menelponku, kau panggil aku dengan sebutan yang tak pernah ku dengar sebelumnya. Pernahkah kau keluarkan sebutan itu pada wanita lain? Kata maaf pun tiada kau haturkan. Ada apa denganmu? Ketika ku coba serius kau menyimpangkannya menjadi hal yang lucu. Aku tak pernah mengenalimu seperti itu, jika tugas ini menjadi bebanmu, laksanakanlah.. karena dengan begitu beban itu akan berkurang, bukan dengan mendatangiku hanya untuk membuang semua kepenatanmu. Jikalau memang beban itu terlalu berat, cobalah bagikan kepadaku andai itu mampu meringankan bebanmu, aku akan bantu. Ingatlah sebuah petuah, “seiring dengan kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar”. Aku pun sering merasakan kepenatan karena tugas ini, saat ku pikul sendiri, tanpa mau kau pahami dan sedikitpun tak pernah ingin kau mengetahui, kala ku butuh sebuah motivasi, Allah menggantikanmu dengan orang lain yang mampu menguatkan diri ini, menemaniku saat yang lain pergi, memberi pelangi kala sedih mengampiri dan menyadarkanku untuk tidak berhenti, kembali menunduk berikhtiar menyerahkan diri kepada Ilahi.
Sadarilah, tugas ini tak hanya ada pada pundakmu, pandangi sekelilingmu, tak perlu kau pandang yang jauh, adakah yang tiada mengeluh? Semua yang sedang memikul tugas ini menjalani segala rintangan, yang membedakan adalah ketangguhan. Kita layaknya besi yang sedang ditempa setelah dibakar, maka dari itu perlu lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya sehingga tetap berdiri tegak meski angin menerpa kencang.
Aku tak berani menaruh penuh harap padamu, karena yang aku harapkan selalu ada dimana arah pandangan ini tertuju. Kepercayaanku kepada-Nya yang menguatkan hasrat, membulatkan tekad, dan memusatkan niat atas amanah orang tua yang kini ada di pundak. Harapku pada-Nya:
Semoga sibukku dan sibukmu menjadi sibuk yang mendekatkan rezeki yang baik, hingga Allah percaya masing-masing dari kita sedang berjuang di jalan yang baik.
Jika memang penat yang kau rasa, bangunlah..
Jika memang lelah yang kau rasa, menunduklah..
Sebab hanya dengan berdo’a lalu meminta penuh harap aku bisa menembus waktu dan berjalan di pematang-pematang takdir. Do’aku bukan hanya tentang mimpi yang tersisa namun juga rindu agar ia segera menemukan akhir, sebab skenario Allah selalu yang terbaik, YANG PENTING YAKIN!.
Ada kupat kecampur santen, sedaya lepat kula nyuwun pangapunten.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Semarang, 27 Mei 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar