Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 20 Agustus 2014

PUSAKANING DWI PUJANGGA NYAWIJI

Apa yang terlintas dipikiran saat melihat judul tersebut? Adakah terlintas bayangan bahwa judul tersebut menggambarkan isi tentang cerita wayang? Hihi..
Inilah semboyan kotaku yang selalu membuat rindu orang yang mengunjunginya, termasuk aku yang asli tinggal di sini. Dua pusaka yang menjadi satu (SALAH), taukah anda apa itu? Ternyata Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji merupakan sengkalan jawa yang menunjukkan tahun berdirinya kota ini (Pusakaning=5, Dwi=2, Pujangga=8, Nyawiji=1) sehingga dapat dibaca 5281 dan merupakan sangkalan untuk tahun 1825. Sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan dan berhawa sejuk, ditambah pesona megah berdirinya sang kakak beradik, gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Ya.. Wonosobo. Kota yang mampu menarik dan memikat hati bagi yang memandangnya. Kota dengan kesederhanaannya, namun indah karena pesonanya. Saat memasuki kawasan Wonosobo, kalian akan disambut dengan ramah oleh udara dingin nan sejuk yang mampu menggetarkan hati, bila cuaca cerah sambutan kedua berupa pemandangan megah berdirinya sang kakak beradik di sebelah kanan dan kiri bagai berucap selamat datang, sambutan terakhir saat memasuki gerbang kota yaitu sebuah sajak “Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji” dengan diiringi tulisan “Wonosobo ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah)”. Itulah perkenalan singkat dari sebuah “kota hutan”.
Hai, namaku Ran. Usiaku saat ini 19 tahun. Tak pernah terbayangkan 18 tahun aku tinggal di kota ini dan beranjak mulai meninggalkannya seiring studi lanjutku di Semarang. Hal yang membuatku selalu rindu dengan kota ini adalah udara sejuknya dengan pemandangan dua gunung megah yang setia berdiri kokoh. Disaat ada waktu luang, aku sempatkan untuk pulang menenangkan hati dan pikiran yang lelah diajak berkomunikasi tiada henti. Setiap hendak pulang, tak selalu berjalan lancar, tak sedikit halangan yang menghadang, namun prinsipku, “apapun yang menghalangiku untuk pulang, akan ku lewati meskipun penuh risiko, asalkan dapat menghirup udara sejuk itu dan bertemu keluarga di rumah”.
Alkhamdulillah ujian akhir semester III sudah selesai, ini berarti mempersiapkan planning berlibur ke Dieng Plateau bersama dua sahabatku. Rencana awal yaitu semua sahabatku, 5 orang ikut, namun mereduksi satu per satu dan hanya tersisa dua, Nafa dan Rini, hihi.. tak apalah, dimana ada kemauan pasti ada kesempatan. Oke rencana ke rumahku Sabtu siang, 18 Januari 2013 seusai acara musyat organisasi. Pada Kamis malam sebelum hari H, ada sebuah pesan masuk dari Rini, ternyata dia menjadi MC dalam acara musyang pada hari Senin. Oh apa yang harus aku lakukan, uang sakuku sudah limited edition, beras sudah diambang habis, air galon tingginya hanya beberapa sentimeter, aku pun sudah berkata kepada Ibu dan temanku Iid akan pulang hari Sabtu siang. Pikiranku seperti benang yang bundet, masalahku hari ini berderet-deret mengantri untuk diselesaikan, belum sampai masalah satu kelar, masalah lain datang meminta protes, dari mulai pengisian KRS yang kurang jelas, mengirim soft file LPJ musyat yang sudah ditunggu-tunggu, rencana main ke kost temenku di Pedurungan, sampai dana warung ilmiah yang aku pun tak tahu apa-apa tentang itu karena aku bukan bendahara, dan terakhir tentang acara main ke Dieng yang sudah matang sejauh-jauh hari sebelumnya. Aku katakan kepada Nafa mungkin acara main dibatalkan dan ku jelaskan alasannya. Ia pun memarahiku dan kecewa. Tak terasa air mataku menetes dan kian mengalir deras membaca pesan panjangnya. Aku menjauhkan ponselku dan merenungkan diri apa yang harus aku perbuat. Lama aku memikirkannya akhirnya dengan berat hati aku katakan kepada Nafa dan Rini bahwa acara main diundur Senin dengan konsekuensi tak ada yang mengantar kami ke Dieng nantinya (rencana awal diantar kakakku), aku pun sudah memberitahu Ibuku dan Iid. Akhirnya pun beberapa masalah dapat kuatasi dengan mengesampingkan egoku. Keesokan harinya aku dan Nafa pergi ke kost teman SMA-ku di Pedurungan, cuaca tak mendukung. Tujuan kami karena ada kepentingan, sepulang dari kost teman (sekitar pukul 13.20), aku dan Nafa ke kampus dengan basah kuyub karena kehujanan, ternyata teman-teman rombel sudah menunggu. Siang ini rombelku mengadakan acara makan-makan bersama asdos Taksonomi Hewan di Mas Pur. Hari Sabtu cuaca tak mendukung, semua mendung dan gelap diiringi guyuran hujan yang tiada henti dan acara musyat organisasiku ternyata usai pukul 16.30 WIB, inilah hikmah dari diundurnya rencana main. Pada hari Minggu malam disaat aku sedang santai di kamar, sebuah pesan singkat masuk, itu dari Iid yang berisi ia meminta maaf bahwa pulang ke Wonosobo diundur menjadi Selasa pagi karena Senin malam ada jadwal les (haduh, diundur lagi). Aku membicarakannya terlebih dahulu Nafa dan diputuskan kata sepakat pulang Selasa pagi. Akhirnya hari yang ditunggu-tuggu itu pun tiba, Selasa pagi pukul 06.15 aku berpamitan dengan Ibu kost dan berangkat menuju gang rumah kost Rini. Tak berapa lama, ia pun datang dan disusul oleh Iid, lalu kami menuju kost Nafa. Selama perjalanan cuaca selalu mendung dan terkadang hujan turun mengguyur, terpaksa kami berhenti sejenak dan memakai jas hujan. Di seperempat perjalanan, tepatnya di daerah Sumowono, kami beristirahat sejenak di sebuah warung kecil di pinggir jalan, mengganjal perut kami dengan sebuah roti. Kabut tebal dan hujan membuat jarak pandang menjadi pendek. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan, ternyata di Temanggung kota tidak hujan, karena malas melepas jas hujan aku pun PD saja karena ku lihat di daerah barat (arah ke Wonosobo) terlihat mendung. Benar saja di daerah desa bernama Paponan hujan mengguyur lagi, sayangnya puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro tak terlihat jelas karena tertutup kabut, namun begitu Nafa yang satu motor denganku merasa takjub dan senang dengan pemandangan yang ku perlihatkan padanya. Sampai di kota Wonosobo ternyata tidak hujan, tetap saja dengan PD aku memakai jas hujan. Sampai di depan gang rumahku ternyata Iid dan Rini belum tiba. Menunggu sebentar akhirnya datang juga. Aku mengucapkan terima kasih kepada Iid karena sudah mau direpotkan dan menawarkan untuk ke rumahku, namun ia menolak. Sebelum ia pergi aku pun meminta bantuan kembali untuk menemani kami (aku, Nafa, dan Rini) main ke Dieng, jawabannya Insya Allah. Sampai di rumahku istirahat sebentar dan kami bertiga keluar untuk mencari makan siang. Sore harinya kami jalan-jalan ke Alun-alun dan Pendopo dan kemudian membeli baju. Pagi harinya, pukul 08.15 Iid sampai di depan gang rumahku, kami pun langsung berangkat ke rumah teman kami terlebih dahulu, yaitu Linda (kemarin kami mengajaknya karena dia ada motor namun tak bisa menggunakan, maka Nafa yang akan boncengan dengan Linda, aku dengan Rini, dan Iid sendiri). Tujuan awal kami adalah Tambi, yaitu hamparan kebun teh dengan pemandangan yang menakjubkan, tak lupa kami berfoto-foto ria, hehe. setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan dan sampailah di gardu pemandangan. Namun sayang, cuaca mendung dengan angin kencang disertai butir-butir air. Dingin.. tentu, kabut.. ya,  kami semua gemetaran, tapi semua itu sedikit demi sedikit hilang dengan sebuah pemandangan menakjubkan (Subhanallah). Next, akhirnya setelah melewati jalan berliku dan menanjak, kami sampai di pintu masuk Dieng Plateau, lagi-lagi Iid ketinggalan, terpaksa kami menunggunya sambil membayar tiket masuk (harganya @ Rp20.000,00 tapi kami menawar menjadi @ Rp16.000,00). Obyek pertama yang kami kunjungi adalah Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Nafa dan Rini takjub melihatnya. Tak terasa waktu sholat Dhuhur tiba, aku, Nafa, dan Iid sholat di Mushola tempat kami parkir, sedang Rini dan Linda menunggu di luar Mushola. Seusai sholat kami melanjutkan ke obyek kedua, yaitu Dieng Cinema. Namun, disaat keluar dari tempat parkir, ban motor Iid bocor, kami pun mencari tempat tambal ban dan menunggunya. Lama kami menunggu akhirnya selesai juga dan kami langsung tancap gas menuju Dieng Cinema. Wow.. yang menonton film hanya kami berlima disebuah ruangan yang cukup luas. Keluar dari tempat tersebut kami terkejut karena cuaca menjadi berkabut dan mendung, karena takut kehujanan maka kami terpaksa melewatkan satu obyek, yaitu Sikidang Crater dan menuju ke kawasan Candi Arjuna, saat pulang Rini tak lupa untuk membeli bunga abadi, yaitu bunga Edelweis yang kebetulan banyak dijual disekitar tempat parkir kawasan candi. Setelah puas kami pun pulang dan tiba di pusat oleh-oleh waktu Ashar, lalu kami mampir ke rumah Linda terlebih dahulu untuk sholat dan sekedar istirahat. Ada sebuah pesan masuk, itu dari Ibuku. Beliau menyuruhku untuk tidak pulang terlalu sore. Akhirnya kami pamit pulang dan membeli mie ongklok, makanan khas Wonosobo di Longkrang. Aku sempat membelikan Iid mie ongklok sebagai tanda terima kasihku padanya. Sampai di rumah, kami bertiga langung menyantap mie ongklok yang sudah kami beli tadi. Usai makan, Nafa dan Rini langsung berebut kamar mandi. Ba’da Maghrib, Bapakku mengajak kami dan keluargaku makan mie ongklok di Jl. A. Yani yang terkenal enak. Haduh, mie ongklok dalam perut kami belum selesai dicerna sudah harus ditambah mie ongklok lagi. Karena kenyang, Nafa dan Rini sepiring berdua, aku hanya makan satenya saja sambil sesekali mencicipi mie ongklok milik Ibuku, hihi.. ternyata rasanya lebih nendang (emangnya sepak bola) dari yang tadi kami beli, Nafa dan Rini pun mengakuinya dan jatuh hati pada rasa mie ongklok. Perjalanan yang lelah hari ini membuat kami bertiga tidur lebih awal, karena besok Nafa dan Rini pulang ke daerah masing-masing. Esok harinya, sekitar pukul 06.10 keluargaku mengantar Nafa dan Rini ke terminal Mendolo. Di Plaza, ada bus jurusan Semarang-Purwokerto sedang berhenti untuk mencari penumpang. Karena masih sepi dan lama, kami memilih ke terminal dan ternyata di terminal tidak ada bus jurusan Semarang-Purwokerto, akhirnya kami memutar arah dan kembali ke Plaza tempat bus tadi nge-time, berharap busnya masih ada. Alhamdulillah busnya masih ada, dan di dalamnya sudah ada beberaa penumpang. Setelah memastikan kedua sahabatku duduk di dalam bus, aku beserta keluarga pulang.
Itulah sepenggal kisah tentang Dataran Tinggi Dieng yang aku kunjungi untuk mengisi liburan kali ini. Tempat khas yang dapat memikat hati orang-orang yang mengunjunginya, sehingga mereka yang pernah berkunjung ke tempat tersebut ingin mengunjunginya kembali, salah satu tempat unggulan wisata dengan pesona alam yang dimiliki kota ini, kota yang berciri khas, dengan banyak budaya, makanan khas, serta obyek-obyek wisata menakjubkan yang belum banyak diketahui orang. WONOSOBO ASRI.. kau selamanya di hati.

3 komentar:

  1. Thun lahirnya wonosobo berati sudah pake thun masehi ya min

    BalasHapus
  2. Top 10 Casino Apps in Washington State
    1. PokerStars Casino 춘천 출장샵 · 2. BetMGM Casino · 과천 출장안마 3. 남양주 출장안마 Wynn Slots · 4. PokerStars 광주광역 출장샵 Casino · 5. Intertops 고양 출장마사지 · 6. Bovada.

    BalasHapus

 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate