Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 18 Juli 2014

LIBURAN SEMESTER 3: #1 KEJUTAN DI HARI PERTAMA KOST


-130213-
Jum’at (07/02) mbak sakit dan sedang berada di rumah nenek di Magelang. Ibu yang khawatir langsung pulang ke rumah, lalu memberitahu mas dan bapak untuk segera pulang, dan kami semua menjemput mbak. Hari itu juga mbak dibawa pulang ke rumah. Enam hari di rumah, alkhamdulillah mbak sembuh dan mengajakku untuk ikut bersamanya ke kost yang baru di Blabak (kost yang lama di Gamping) sembari menjadi tentor sementara di tempat bimbel ia mengajar. Hari kamis pagi (13/02) sekitar pukul 08.00 kami berangkat mengendarai motor mio berwarna merah dengan barang bawaan yang lumayan nggrendel, maklum mbak mau menempati kost baru, hihi. Pukul 10.00 kami tiba di rumah nenek, menuju ke kamar, dan beristirahat sejenak. Ba’da Dhuhur, kami bersiap-siap untuk berangkat ke kost mbak yang baru, setelah berkenalan dan meminta izin kepada ibu kost, kami menempati kamar yang isinya masih kosong, hanya ada dua ranjang (belum ada kasur), dua meja, satu cermin, dan satu gatungan pakaian. Setelah menata barang secukupnya, kami berpamitan kepada ibu kost dan meninggalkan kunci kamar kepada beliau. Sampai di tempat bimbel, aku masih merasa asing dan belum mengenal teman mbak yang juga menjadi admin baru di tempat bimbel tersebut. Hari ini adalah hari pertama aku menjadi tentor matematika sementara untuk SD kelas V dan VI. Jadwal bimbel sore ini (pukul 16.00) yaitu siswa kelas IV, V, dan VI. Berhubung tempat bimbel di Blabak merupakan cabang baru, maka pesertanya juga masih minim. Yaitu rata-rata per kelompok terdiri dari tiga orang. Kali ini peserta yang hadir berjumlah dua orang siswa SD kelas V. Setelah kurang lebih satu jam mbak mengajar bahasa Inggris, kali ini giliranku mengajar matematika. Aku mengajar privat satu anak, karena satu anak yang lain meminta belajar bahasa Indonesia. Materinya tentang pecahana, oke.. setelah melihat materinya aku berusaha untuk mengajarkannya sampai ia mengerti.
    “sampai disini paham?”, tanyaku.
    “Iya, Insya Allah”, jawabnya.
    Karena ia menjawab begitu aku lanjutkan materi dan memberinya tugas. Tapi ada yang mengganjal di hati, kenapa dia tidak bisa mengerjakan? Apakah aku terlalu cepat? Ku ulang kembali langkah-langkah mengerjakan soal. Karena hari itu aku mengajar privat, maka aku tak menuliskannya di papan tulis, namun di buku kosong. Selesai soal tadi terbahas, aku beri ia soal kembali untuk dikerjakan, kali ini langkah-langkah sudah benar, tapi ia nampak sedikit ragu, benar saja tak berapa lama ia mengatakan bahwa cara yang diajarkan di sekolah berbeda dengan cara yang ku ajarkan. Ku lihat catatannya dan ku ulang kembali cara menyelesaikan soal dari awal tadi. Ternyata waktuku tak banyak, kali ini aku melebihi waktu tutupnya bimbel, yaitu 17.40, karena sudah mulai paham, maka ku beri ia PR dan bila dapat mengerjakan benar, aku berjanji memberinya hadiah. Pulang ke kost menjelang adzan Maghrib, sampai di kamar, wow.. sudah ada kasur serta bantal dan guling yang tertata rapi. Tak berapa lama kemudian adzan Maghrib berkumandang, ketiga anak perempuan ibu kost mengajak aku dan mbak untuk sholat berjamaah di Mushola. Seusai sholat, aku dan mbak langsung menata barang-barang kami yang belum sempat tertata tadi siang.
    “Mbak, ayo.. disuruh ibu makan malam bareng”, ajak putri sulung ibu kost.
   Alkhamdulillah.. beruntungnya tadi belum membeli makan malam (rencana ba’da Maghrib). Ibu kost memang baik, seorang istri solehah yang mampu menjaga harta dan dirinya ketika suaminya pergi jauh. Suami ibu kost bekerja di Surabaya dan pulang satu atau dua kali sebulan.
    Keesokan harinya (14/02) aku dan mbak bangun dengan mata setengah terbuka. Waktu menunjukkan pukul 05.10, hari masih gelap, tak ada perasaan aneh kala itu saat kulihat paving depan kost berwarna putih, sewaktu hendak berwudhlu di kamar mandi, aku mendengar beberapa orang sedang berbincang di jalan depan rumah ibu kost. Seusai sholat, ada sebuah pesan masuk dari temanku, berisi bahwa pagi ini di Wonosobo hujan abu. Aku yang belum sadar mengira disini tidak hujan abu, namun setelah berbincang sedikit lebih lama dan mendapat kepastian bahwa gunung Kelud meletus, rasa penasaran memaksaku untuk membuka pintu kamar, dan ternyata.. astaghfirullah.. genteng rumah ibu kost berubah menjadi putih kelabu dengan rintik-rintik abu yang masih deras. Aku terkejut dan memberitahu mbak, awalnya ia sudah merasa aneh, abu yang turun dalam cahaya lampu kamar mandi dikiranya debu biasa, tak berapa lama rintik-rintik hujan mulai berdenting, terdengar teriakan ibu kost dari seberang kamar memberitahu kami bahwa hujan abu dan menyuruh kami untuk masuk ke rumahnya. Putri sulung beliau menjemput kami dengan sebuah payung. Tak ku sangka hujan ini bukan hujan air biasa, melainkan bercampur pasir, jilbab putih polosku kini bermotif titik butir pasir dan air di bagian lengan sebelah kanan. Sungguh ngeri menyaksikan kejadian itu. Jika kata ‘mereka’ tanggal ini sebagai hari v*l*n*t*n*, maka Allah berkata lain, dan kejadian ini membuktikan ke Maha Agungan-Nya, sebagai pelajaran untuk kita yang lalai terhadap-Nya.
    “hari pertama kost malah disambut seperti ini ya mbak”, ujar ibu kost.
    Setelah hujan reda, aku dan mbak pamit kembali ke kamar, lalu kami diberi sarapan berupa gorengan dua gelas teh hangat.
    “cuaca seperti ini tidak ada yang jual sarapan”, tutur beliau sembari menyodorkan nampan berisi gorengan dan dua gelas teh hangat.
   Sampai di kost, kami langsung memakannya. Kegiatan kami hanya berada di dalam kamar sambil menunggu hujan abu mereda. Waktu itu menunjukkan pukul 10.00, bimbel yang sejatinya tidak libur terpaksa diliburkan, kami berdua mengucap syukur. Daripada kami kelaparan di kost karena tak ada warung makan yang buka, mbak mengajakku untuk ke rumah simbah siang itu juga. Oke, aku setuju saja. Kami langsung membereskan barang-barang yang perlu dibawa, setelah semua siap, tak lupa berpamitan kepada ibu kost sekalian dengan membeli frozen food, kami memilih rogout roll dan mantao. Inilah perjalanan kami menuju rumah nenek menembus tebalnya abu letusan gunung Kelud.

Genteng rumah ibu kostang tertutup abu


Jalan yang tadinya aspal berubah layaknya tanah

Keluar gang menuju jalan raya

Tebalnya abu memperpendek jarak pandang

Putar arah

Abu menutupi aspal di sebelah kiri

Jalan yang biasanya ramai kini tampak lengang

Dan di tengah jalan yang hampir sampai di rumah nenek, ada kerumunan kerbau, hihi.
 

    Sampai di rumah nenek ternyata abu tak setebal seperti di daerah Blondo tadi. Meletakkan barang-barang, kami langsung menggoreng dan mengukus frozen food yang sudah kami beli di tempat ibu kost untuk dijadikan cemilan dan lauk makan siang. Lapar membuatku banyak menghabiskan mantao, hihi dan alhamdulillah kenyang. Benar kata mbak, cuaca tak menentukan, bimbel diliburkan, dan rumah nenek jadi incaran (^_^). Malam hari ba’da Isya’, motor mio merah yang menemani perjalanan hari itu kami cuci karena sangat kotor terkena abu dan hujan pasir tadi pagi. Kami menginap semalam di rumah nenek dan keesokan paginya (15/02), kami berangkat ke kost lebih awal, sektar pukul 07.15. Degan mengendarai motor mio biru sekarang, kami berboncengan menuju Blondo. Sampai di kost, aku langsung mendahului mbak menjemur pakaian yang sudah kami cuci sebelumnya di tempat nenek. Ibu kost yang keluar terkejut dengan motor kami yang berubah warna.
    “lho mbak motornya kog jadi biru?” tanya ibu kost heran.
    Pukul 11.00 lebih kami berangkat ke tempat bimbel, dan seperti biasa sudah ada teman mbak yang stay on disana. Setelah sholat Dhuhur aku menanti jam sembari duduk di sofa.
to be continued..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate