-190213-
Disaat matahari mulai menampakkan cahayanya, perut ini mulai merasa lapar, maka kami memutuskan keluar untuk mencari sarapan. Karena mbak tak ingin sarapan seperti kemarin, kali ini kami menuju ke arah barat. Lama tak menemukan dan jauh jarak yang kami tempuh sampailah kami pada warung gudeg di pinggir jalan. Nasi, gori, krecek, dan tahu, awalnya aku mengira berharga lima ribu, ternyata lebih dari yang dipikiran, niatnya mencari makanan di pelosok dengan tujuan mendapat harga terjangkau eh malah lebih mahal dari sarapan kami kemarin. Ketika kami sedang menikmati sarapan kami, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata putri bungsu ibu kost meminta mbak untuk mengantarnya ke sekolah, terpaksa sarapan ia tinggal dahulu. Selesai aku sarapan, mbak pulang ke kost dan melanjutkan sarapannya, sedangkan aku mandi dan mencuci baju. Pukul 11.00 kami berpamitan kepada ibu kost sembari membeli frozen food untuk dimakan di tempat bimbel nanti dan di rumah nenek. Hari ini aku tak langsung pulang ke Wonosobo, melainkan menginap semalam di rumah nenek dan pulang besok pagi. Sampai di tempat bimbel, ternyata si kucing datang. Kebetulan, kami sedang merebus baso tulang ikan dan tahu ikan, semoga si kucing suka, hehe sabar ya..
Alhamdulillah matang juga, saatnya menyantap. Awalnya, si kucing memang suka tapi entah karena panas atau bagaimana akhirnya ia tak suka meskipun aku sudah mencoba mendekatkan ke mulutnya. Karena baso tulang ikan ia tak suka, maka ku coba tahu ikan. Hore.. ia suka, tak kasih lagi eh malah ditinggalin dan memilih duduk di atas bangku plastik.
Tak berapa lama ia menuju teras, duduk, lalu klekaran (bahasa Indonesia: tiduran atau bersantai). Dasar kucing si manis sukane di jalan, kalau keinjak rasain lho, hihi.
Pukul 11.30 bimbel kami tutup, meninggalkan si kucing sendirian di depan teras (berubah profesi jadi satpam), dan menuju rumah nenek. Sampai di rumah nenek aku disambut oleh si sapi (kucing nenek yang mirip sapi), saat sedang duduk tiba-tiba ia tidur di pangkuanku, aku pun tak bisa berbuat apa-apa, untuk bergerak saja susah rasanya. Setelah sholat Dhuhur, mbak langsung pergi ke Jagoan karena ada rapat bersama semua pihak bimbel, dan inilah perpisahanku dengan mbak, karena liburan akhir semesterku hampir selesai aku pun harus pulang ke rumah, ku lihat motor mio berwarna biru itu meninggalkan rumah nenek. Karena hendak berwudhlu, maka si sapi terpaksa ku turunkan ke kursi dan ia melanjutkan tidurnya.
Sore hari, sekitar pukul 16.15 nenek mengajakku untuk memetik rambutan di rumah yang utara bersama saudara (mbak Dwi). Saat aku hendak pergi ada telepon masuk, itu dari Ibu, ku angkat, kami mengobrol sebentar tentang mbak. Di luar nenek sudah menyuruhku untuk cepat, karena hampir ditinggal, ku jelaskan kepada Ibu hingga akhirnya Ibu mengerti dan membiarkanku untuk memetik rambutan terlebih dahulu. Sampai di lokasi, wah.. yang merah sudah sedikit, itu pun letaknya sangat tinggi, akhirnya dapat seadanya saja. Satu per satu rambutan jatuh, aku pun mengambil dan memasukkannya ke dalam karung, dan tak ku sangka banyak semut sampai mengerubungi tanganku. Pendapatan kali ini terbilang lumayan (sudah alhamdulillah sekali), kami kembali ke rumah nenek untuk memetik rambutan yang ada di depan rumah. Wow.. hati-hati kelilipan semut, salah satu cabang ku pegangi sedangkan mbak Dwi dan nenek mengambil rambutan. Tak tahan tubuh ini dirembeti banyak semut, ku lepas peganganku, kami semua kesemutan, hihi (^_^). setelah berbagi pendapatan antara nenek dan mbak Dwi, teras yang penuh dengan semut ku sapu kemudian aku mandi. Menjelang Maghrib, si sapi ku bawa ke atas ranjang yang berada depan. Eh.. eh.. tadi dirembeti semut kali ini gantian dirembeti kucing (dasar manja, hihi). Adzan Maghrib telah berkumandang, ku geser si sapi dan berusaha tidak membangunkannya. Seusai sholat Maghrib dan mengaji, ku lihat si sapi masih nyenyak tidur, sampai terkadang aku menganggunya, matanya sempat terbuka namun terpejam lagi, sampai aku sendiri yang lelah (hehe kuwalat).
Keesokan harinya (20/02), pukul 07.30, seusai sarapan aku langsung berpamitan kepada nenek dan kakek, serta mas yang kebetulan tadi malam belum sempat bertemu karena pulangnya larut. Haduh, aku malah dibawain rambutan yang kemarin dipetik untuk dibawa pulang. Saat motor mio merah sedang ku panasi, si sapi ndempel-ndempel di kakiku, seperti tak rela aku pergi meninggalkannya. Kakek yang melihat kejadian itu menyuruhku membwanya dengan memasukkannya ke karung yang berisi rambutan, hihi. Tak berapa lama motor mio merah yang ku kendarai menjauh dari rumah nenek.
Disaat matahari mulai menampakkan cahayanya, perut ini mulai merasa lapar, maka kami memutuskan keluar untuk mencari sarapan. Karena mbak tak ingin sarapan seperti kemarin, kali ini kami menuju ke arah barat. Lama tak menemukan dan jauh jarak yang kami tempuh sampailah kami pada warung gudeg di pinggir jalan. Nasi, gori, krecek, dan tahu, awalnya aku mengira berharga lima ribu, ternyata lebih dari yang dipikiran, niatnya mencari makanan di pelosok dengan tujuan mendapat harga terjangkau eh malah lebih mahal dari sarapan kami kemarin. Ketika kami sedang menikmati sarapan kami, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata putri bungsu ibu kost meminta mbak untuk mengantarnya ke sekolah, terpaksa sarapan ia tinggal dahulu. Selesai aku sarapan, mbak pulang ke kost dan melanjutkan sarapannya, sedangkan aku mandi dan mencuci baju. Pukul 11.00 kami berpamitan kepada ibu kost sembari membeli frozen food untuk dimakan di tempat bimbel nanti dan di rumah nenek. Hari ini aku tak langsung pulang ke Wonosobo, melainkan menginap semalam di rumah nenek dan pulang besok pagi. Sampai di tempat bimbel, ternyata si kucing datang. Kebetulan, kami sedang merebus baso tulang ikan dan tahu ikan, semoga si kucing suka, hehe sabar ya..
Alhamdulillah matang juga, saatnya menyantap. Awalnya, si kucing memang suka tapi entah karena panas atau bagaimana akhirnya ia tak suka meskipun aku sudah mencoba mendekatkan ke mulutnya. Karena baso tulang ikan ia tak suka, maka ku coba tahu ikan. Hore.. ia suka, tak kasih lagi eh malah ditinggalin dan memilih duduk di atas bangku plastik.
Tak berapa lama ia menuju teras, duduk, lalu klekaran (bahasa Indonesia: tiduran atau bersantai). Dasar kucing si manis sukane di jalan, kalau keinjak rasain lho, hihi.
Pukul 11.30 bimbel kami tutup, meninggalkan si kucing sendirian di depan teras (berubah profesi jadi satpam), dan menuju rumah nenek. Sampai di rumah nenek aku disambut oleh si sapi (kucing nenek yang mirip sapi), saat sedang duduk tiba-tiba ia tidur di pangkuanku, aku pun tak bisa berbuat apa-apa, untuk bergerak saja susah rasanya. Setelah sholat Dhuhur, mbak langsung pergi ke Jagoan karena ada rapat bersama semua pihak bimbel, dan inilah perpisahanku dengan mbak, karena liburan akhir semesterku hampir selesai aku pun harus pulang ke rumah, ku lihat motor mio berwarna biru itu meninggalkan rumah nenek. Karena hendak berwudhlu, maka si sapi terpaksa ku turunkan ke kursi dan ia melanjutkan tidurnya.
Sore hari, sekitar pukul 16.15 nenek mengajakku untuk memetik rambutan di rumah yang utara bersama saudara (mbak Dwi). Saat aku hendak pergi ada telepon masuk, itu dari Ibu, ku angkat, kami mengobrol sebentar tentang mbak. Di luar nenek sudah menyuruhku untuk cepat, karena hampir ditinggal, ku jelaskan kepada Ibu hingga akhirnya Ibu mengerti dan membiarkanku untuk memetik rambutan terlebih dahulu. Sampai di lokasi, wah.. yang merah sudah sedikit, itu pun letaknya sangat tinggi, akhirnya dapat seadanya saja. Satu per satu rambutan jatuh, aku pun mengambil dan memasukkannya ke dalam karung, dan tak ku sangka banyak semut sampai mengerubungi tanganku. Pendapatan kali ini terbilang lumayan (sudah alhamdulillah sekali), kami kembali ke rumah nenek untuk memetik rambutan yang ada di depan rumah. Wow.. hati-hati kelilipan semut, salah satu cabang ku pegangi sedangkan mbak Dwi dan nenek mengambil rambutan. Tak tahan tubuh ini dirembeti banyak semut, ku lepas peganganku, kami semua kesemutan, hihi (^_^). setelah berbagi pendapatan antara nenek dan mbak Dwi, teras yang penuh dengan semut ku sapu kemudian aku mandi. Menjelang Maghrib, si sapi ku bawa ke atas ranjang yang berada depan. Eh.. eh.. tadi dirembeti semut kali ini gantian dirembeti kucing (dasar manja, hihi). Adzan Maghrib telah berkumandang, ku geser si sapi dan berusaha tidak membangunkannya. Seusai sholat Maghrib dan mengaji, ku lihat si sapi masih nyenyak tidur, sampai terkadang aku menganggunya, matanya sempat terbuka namun terpejam lagi, sampai aku sendiri yang lelah (hehe kuwalat).
Keesokan harinya (20/02), pukul 07.30, seusai sarapan aku langsung berpamitan kepada nenek dan kakek, serta mas yang kebetulan tadi malam belum sempat bertemu karena pulangnya larut. Haduh, aku malah dibawain rambutan yang kemarin dipetik untuk dibawa pulang. Saat motor mio merah sedang ku panasi, si sapi ndempel-ndempel di kakiku, seperti tak rela aku pergi meninggalkannya. Kakek yang melihat kejadian itu menyuruhku membwanya dengan memasukkannya ke karung yang berisi rambutan, hihi. Tak berapa lama motor mio merah yang ku kendarai menjauh dari rumah nenek.
0 komentar:
Posting Komentar