Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Featured Posts

edukasi_Blog

Selamat datang di blog edukasi. Semoga dapat menjadi sarana bertukar ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempu membentuk insan yang lebih bermanfaat. ^_^

Sinau kaliyan lare alit

Belajar sambil bermain bersama anak - anak. Dengan mengembangkan blog edukasi.

This is templaed my earth

Beginilah gambaran tentang penampakan alam bumi kita secara animasi.

About Flower

Beberapa mengenai bunga.

Genangan Air

Gelombang air dengan rumputnya di tepian.

Senin, 21 Agustus 2017

Motivasi Hidup



Aku [sebagai seorang perempuan sendiri dalam keluarga] merasa lelah bila harus bekerja dan mengurus rumah, padahal kini aku belum memiliki rumah tangga sendiri dan buah hati. Ini masih pekerjaan mudah, bagaimana esok kala menjadi guru yang aku cita-citakan dengan setumpuk pekerjaan administrasi. Mungkin aku akan memilih resign demi mengurus buah hati, namun bukan malah menjadi pengangguran yang memberatkan suami, tetap dengan wirausaha di rumah sendiri. Akan tetapi, sebelum semua itu, aku ingin menjadi peneliti yang berkeliaran bebas menelusuri setiap aspek ciptaan-Nya hingga aku bisa menceritakan pengalamanku kepada peserta didik kala aku menjadi guru, aku juga bisa menemukan sesuatu [obat atau kecanggihan lain] yang belum pernah ditemukan agar bermanfaat bagi makhluk, dan ketika waktuku lebih banyak di dalam rumah, aku akan fokus mengembangkan karya ilmiahku hingga orang-orang akan mengenangku lewat ilmu yang kusalurkan dan pengalaman yang kutuliskan..

Ya Allah.. ridhoilah semua yang telah aku rencanakan, namun aku tidak akan memaksa bila tak sesuai rencana-Mu, karna Engkau Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Engkau yang menjamin rezeki setiap makhluk, dan Engkau Yang Maha Berkehendak mematikan hidupku, maka aku serahkan penghapus kepada-Mu agar Engkau menghapus rencanaku yang tak sesuai dan menggantinya dengan rencana-Mu yang indah.. sebab skenario Allah selalu yang terbaik, yang penting yakin!

Tak ada yang melarang tentang bermimpi tinggi, yang dilarang itu berangan jauh. Sebab mimpi itu diraih sedang angan hanya cipta yang melalaikan dari mengingat Allah.

Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang (Ir. Soekarno) dan Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga (H.R. Muslim).

Selasa, 25 April 2017

Skenario-Mu Selalu Indah



Wonosobo, 24 April 2017

....Senja kala itu dia memintaku untuk bertemu. Di sebuah taman kulihat ia duduk santai sembari menunggu. Pelan aku menghampirinya dengan sedikit riuh dalam qalbu. Singkat kami bercengkrama, ia mulai mengarah ke perbincangan serius. Kala kata ‘serius’ terucap dari lisannya hatiku berdegup, membuatku ikut serius memahami tiap urai katanya sembari memikirkan kalimat yang harus aku rangkai untuk membalasnya. Aku hanya mampu menanggapi seadanya karna hati yang berdegup membuyarkan kata-kata dalam pikiranku. Ucapannya seolah menggambarkan bahwa ia tak pernah mengutarakan suatu hal yang membuatku dahulunya menjadi yakin dengannya. Entah mungkin aku menganggap itu sebuah janji atau mungkin hanya angan kala Engkau sedang membalikkan iman. Dan manusia yang bisa dipegang hanyalah ucapannya, dan setiap ucapan ada pertanggungjawabannya. Aku sudah membebaskannya dari segala janji (barangkali sempat ia haturkan tanpa sengaja namun lupa atau memang tak dianggapnya sebuah janji atau malah aku yang menganggapnya janji) karna dahulunya aku pun tak ingin dia menjanjikan apapun untukku. Kini baru tersadari dia dulu belum sedewasa yang dipikirkan Ibuku. Aku baik-baik saja saat itu (hanya jantungku berdegup kencang), namun dalam munajatku kepada-Mu, tanpa terasa pipiku basah. Bukan karena takut kehilangannya, melainkan karna aku harus membuka sedikit hati. Bukan tentang perasaanku kepada-Mu, melainkan tentang perasaan yang Kau selipkan dalam hati, yang sebelumnya kututup rapat untuk satu nama yang selalu tersebut dalam do’a. Mungkin ini jua jawaban do’a tentang hati yang merasa gundah menjalani hubungan tak pasti. Melalui dia, kini aku mendapat kepastian yang selama ini aku tunggu, yaitu menunggu kata ‘kepastian’ itu terucap dari lisannya. Kepastian untuk belajar saling mengikhlaskan, yang juga dia lakukan sebelumnya pada seseorang. Entahlah, hanya Engkau Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Setelah waktu itu mengapa hatiku merasa kehilangan? Bayangannya selalu nampak saat aku memohon kepada-Mu. Perasaan ini terasa sama kala aku kehilangan Ibu, tapi aku tak tahu ini nafsu atau hatiku yang berkata, atau rasa kecewa atas ucapan yang pernah diutarakannya tentang masa depan, ataupun ini bekas kepahitan atas kepergian Ibu yang belum hilang. Apapun itu, aku selalu memohon jangan Engkau palingkan aku dari-Mu. Takdir yang Kau beri sungguh menguji hatiku dan tangis yang Kau beri selalu membuka mataku.. bahwa cinta yang sebenar cinta hanya ada satu. Karena kekecawaan di masa lalu aku mampu mendekat kepada-Mu dan karena kehilangan ini aku belajar bersyukur menerima ketentuan-Mu. Rangkaian kalimat yang pernah kubaca “walau digenggam kuat, andai ia bukan milik kita, ia terlepas jua, walau ditolak ke tepi andai ia untuk kita, ia mendatang jua, itulah namanya jodoh” membuatku kembali tersadar. Tak usah mengkhawatirkan jodoh, ia tak akan tertukar. Bukankah jodoh itu termasuk rezeki-Nya? Allah telah berfirman “Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz) (Q.S. Hud: 6). Tiada dendam atau dengki atas ucapannya, ini jua khilafku di masa lalu yang salah mengartikan kalimatnya, hingga kami menjalani hubungan tak pasti. Kini aku harus siap menerima ketentuan-Mu, termasuk mengikhlaskan bila nantinya bukan dia masa depanku. Tak hanya ia, aku pun sadar kini diriku belum siap untuk menikah, maka jagalah hatiku dan hatinya untuk masa depan kami masing-masing. Namun.. jika suatu saat aku sudah siap menikah, perkenankanlah keinginanku wahai Rabb pemilik hati penyatu dua insan. Dan saat itu belum terucap dalam hatiku, maka berilah aku kesempatan untuk selalu memperbaiki dan memantaskan diri dihadap-Mu, mengharap penuh keikhlasan, memohon kepada-Mu untuk menunjukkan, dengan sedikit merayu-rayu pada-Mu yang tahu isi hatiku. Aku kembali tersadar, bahwa tak ada janji selain akad yang terucap, dan janji sebelum akad itu bersifat lemah. Karena yang baik hanya datang di saat yang tepat, terimakasih.. skenario-Mu selalu indah. (^_^)


Cinta itu ibarat nahkoda yang sedang berlayar di tengah lautan yang akan menepi ke pelabuhan, tanpa arah dan hanya mengandalkan perkiraan. Maka ia akan mengikuti angin yang mengantarkannya ke tepi, selama perjalanan ke tepi, terkadang ada badai atau karang menghadang. Jika berhasil menepi di suatu dermaga, terkadang masih ada hambatan dimana kapal tak bisa berlabuh karna dermaga terlalu kecil, atau pasang surut air laut yang membuat dermaga tenggelam atau menjadi daratan. Jika dermaga tak bisa digunakan untuk melabuhkan kapal, maka nahkoda harus mengarungi lautan kembali dan mencari dermaga lain. Maka mohonlah kepada Allah untuk menghadirkan tiupan angin yang baik yang mengantarkan kapal ke dermaga yang tepat, dan jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut (Q.S. Yunus: 22 dan Q.S. Asy-Syura: 33).


“Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu, labuhkanlah perasaan ini pada hati yang juga memohon kepada-Mu agar hatinya menjadi tempat berlabuh perasaan ini, aamiin yaa robbal ‘aalamiin”
 

Rindu

Masih kunanti hadirmu
di setiap bunga tidur
dan lantunan do'aku
terhias namamu

Masih kuharap suatu keajaiban
namun hanya membuatku berangan
hingga terkadang melalaikan
tentang takdir dan kehidupan

Rasanya baru kemarin senyum mentari menyambut
kini tiba mendung berselimut kabut
namun kuyakin esok pelangi kan menyambut
dan terdengar burung bernyanyi lembut

Andai waktu bisa kuulang,
ah.. berandai itu tak baik dan menghalang
selagi masih ada siang
harapan kan selalu datang

Meski keadaaan kini berbeda dengan dulu
hingga puncak hati adalah rindu
rindu sosokmu, rindu senyummu
maafkan aku yang selalu menjadi beban untukmu,
Ibu....
engkaulah anugerah terindah yang pernah kumiliki

Purwokerto, 6 Februari 2017 04.15 WIB

Selasa, 27 September 2016

Tanah Air (Negeri Sendiri)

Assalamu’alaykum Wr.Wb..
Cerita ini hanyalah cerita fiktif hasil karya imajinasi, merupakan suatu CERITA ANALOGI yang diangkat dari kehidupan nyata sang penulis.
Perkenalkan namaku Ran, Azura Mutiara Kiran lengkapnya, anak bungsu dari empat bersaudara. Aku lahir di negeri yang kaya akan sumber daya alam, tepatnya di sebuah kota kecil di tengah megahnya dua gunung dan dikelilingi deretan perbukitan, sebut saja kota hutan. Delapan belas tahun aku menetap dengan cerita kehidupan yang bisa terbilang nyaman, rasa bangga dan tertarik dengan negeri ini pun mulai tumbuh subur di hati. Sampai suatu ketika usiaku mulai dewasa, pemikiranku mulai matang, dan pengalamanku mulai banyak, kulihat dan kurasakan negeri ini tidak seindah semasa kecilku dahulu, pandanganku terhadapnya bagaikan pandangan sebelah mata. Melalui siaran televisi, aku melihat negeri di luar sana lebih indah dari negeri ini. Pesona keelokannya membuat orang-orang lebih ramai mengunjungi tempat itu. Aku ingin kesana, batinku. Aku pun memutuskan untuk berkelana ke negeri lain.
Saat tiba di negeri pertama keadaannya sangat berbeda dengan negeriku, dengan teknologinya yang sudah maju, semua serba canggih. Aku menjelajahi isi negeri tersebut dan kutemukan sebuah barang yang hendak kubeli untuk dijadikan buah tangan, ternyata setelah diteliti barang tersebut buatan negeriku sendiri. Aku sedikit tak percaya, barang karya negeriku dapat menembus pasar negeri semaju ini. Akhirnya kuurungkan niat untuk membelinya. Jauh-jauh ke negeri orang hanya untuk membeli barang negeri sendiri, alangkah lebih baiknya jika membeli langsung dari pembuatnya di negeri sendiri, pikirku. Tak lama tinggal di sini, perasaan bosan mulai menyelimuti, terlebih gaya hidup dan pergaulan di sini terbilang seronok, menambah ketakutan pada diri, tak seperti di negeri sendiri yang penduduknya masih memiliki rasa malu. Kerinduan itu mulai kurasakan.
Aku putuskan untuk berkelana ke negeri kedua, memang tak seindah dari negeri pertama namun tak ada salahnya menginjakkan kaki ke negeri yang belum pernah kujelajahi. Tak berapa lama tinggal, aku memutuskan untuk berkelana ke negeri lain. Hal ini karena penduduk di sini acuh tak acuh dan terbilang tidak ramah bahkan sulit untuk diajak basa-basi, semua serba serius serasa tak ada interaksi sosial karena sibuk dengan urusan masing-masing. Ketika hendak membeli buah tangan, aku menemukan barang yang ternyata juga buatan negeriku. Sangkaanku terhadapnya ternyata kurang sesuai dengan pandangan awalku. Rasa bangga diikuti rasa rindu ingin kembali mulai muncul, terlebih jika mengingat perilaku penduduk negeri ini yang tidak seramah di negeri sendiri. Tapi keinginan untuk menjelajahi negeri lain yang lebih indah seperti yang pernah ku lihat di televisi begitu besar sehingga kuurungkan niat untuk kembali ke negeri sendiri.
Di negeri ketiga ini, ragam budayanya dapat dibilang banyak, namun ada perasaan sedikit mengganjal di hati. Salah satu budaya negeriku di tampilkan di sini dan diakui murni budaya negeri ini. Aturan yang melarang mengenakan hijab pun ditegakkan di beberapa wilayah negeri ini. Aku yang sejatinya seorang muslim sudah barang tentu mengetahui bahwa hijab adalah suatu kewajiban, tentu tidak akan melepaskannya begitu saja meskipun orang-orang disini menyarankan untuk melepas, dan tak sedikit yang mencemooh. Perasaan menyesal itu mulai muncul, ketika semakin jauh aku menjelajah negeri lain semakin tak seindah dan sebaik negeri sendiri. Perasaan itu mencuat dengan mengetahui budaya negeri sendiri diklaim oleh negeri lain. Dan lagi-lagi barang buatan negeri sendiri menembus wilayah yang notabene jauh dari jangkauan negeriku. Kerinduan akan negeri sendiri membuatku kembali setelah sekian lama aku meninggalkannya karena mencari negeri yang lebih indah darinya.
Saat aku kembali ke negeri sendiri, aku mulai paham bahwa yang ditampilkan oleh negeri lain dalam siaran televisi hanyalah keindahan bentang alam, budaya serta perilaku yang baik di mata orang sehingga mampu menarik wisatawan untuk berkunjung, sedangkan kejadian-kejadian yang tidak baik disembunyikan dari publik. Bandingkan dengan negeri sendiri yang tiap hari selalu ada saja kejadiannya, dan mudah berkembang menjadi sorotan sehingga publik dapat dengan cepat mengetahuinya. Namun itu hanyalah pandangan sebelah mata karena tak selamanya penampakan luar yang indah menampilkan kesan yang indah pula di dalamnya. Negeri ini sejatinya indah jika lebih mendalami untuk mengenal sejarahnya, hanya karena dipandang sebelah mata saja oleh penduduknya sehingga pancaran alami dari dalam negeri ini pun redup. Pengalaman berkelana ke negeri lain menjadi guru terbaik bagiku, apa yang aku inginkan memang ada di negeri lain namun apa yang sebenarnya aku butuhkan ternyata ada di depan mata, hanya perlu menengok lebih dalam untuk dapat mengenalnya, mempelajari dengan lebih sabar dan serius agar dapat mengetahuinya, serta menjaga dan melestarikan dengan penuh cinta agar memperoleh manfaatnya. Ya, di sini, di negeri sendiri. Sebuah petikan sajak dari sebuah syair pun berbunyi:
Walaupun banyak negeri ku jalani,
yang mahsyur permai dikata orang,
Tetapi kampung dan rumahku,
di sanalah kurasa senang,
Tanahku tak kulupakan,
engkau kubanggakan.
Wa’alaykumussalam Wr.Wb..

Minggu, 25 September 2016

LIBURAN SEMESTER 3: #6 PETIK RAMBUTAN GRATIS SEMUTAN

-190213-
Disaat matahari mulai menampakkan cahayanya, perut ini mulai merasa lapar, maka kami memutuskan keluar untuk mencari sarapan. Karena mbak tak ingin sarapan seperti kemarin, kali ini kami menuju ke arah barat. Lama tak menemukan dan jauh jarak yang kami tempuh sampailah kami pada warung gudeg di pinggir jalan. Nasi, gori, krecek, dan tahu, awalnya aku mengira berharga lima ribu, ternyata lebih dari yang dipikiran, niatnya mencari makanan di pelosok dengan tujuan mendapat harga terjangkau eh malah lebih mahal dari sarapan kami kemarin. Ketika kami sedang menikmati sarapan kami, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata putri bungsu ibu kost meminta mbak untuk mengantarnya ke sekolah, terpaksa sarapan ia tinggal dahulu. Selesai aku sarapan, mbak pulang ke kost dan melanjutkan sarapannya, sedangkan aku mandi dan mencuci baju. Pukul 11.00 kami berpamitan kepada ibu kost sembari membeli frozen food untuk dimakan di tempat bimbel nanti dan di rumah nenek. Hari ini aku tak langsung pulang ke Wonosobo, melainkan menginap semalam di rumah nenek dan pulang besok pagi. Sampai di tempat bimbel, ternyata si kucing datang. Kebetulan, kami sedang merebus baso tulang ikan dan tahu ikan, semoga si kucing suka, hehe sabar ya..
Alhamdulillah matang juga, saatnya menyantap. Awalnya, si kucing memang suka tapi entah karena panas atau bagaimana akhirnya ia tak suka meskipun aku sudah mencoba mendekatkan ke mulutnya. Karena baso tulang ikan ia tak suka, maka ku coba tahu ikan. Hore.. ia suka, tak kasih lagi eh malah ditinggalin dan memilih duduk di atas bangku plastik.

Tak berapa lama ia menuju teras, duduk, lalu klekaran (bahasa Indonesia: tiduran atau bersantai). Dasar kucing si manis sukane di jalan, kalau keinjak rasain lho, hihi.
Pukul 11.30 bimbel kami tutup, meninggalkan si kucing sendirian di depan teras (berubah profesi jadi satpam), dan menuju rumah nenek. Sampai di rumah nenek aku disambut oleh si sapi (kucing nenek yang mirip sapi), saat sedang duduk tiba-tiba ia tidur di pangkuanku, aku pun tak bisa berbuat apa-apa, untuk bergerak saja susah rasanya. Setelah sholat Dhuhur, mbak langsung pergi ke Jagoan karena ada rapat bersama semua pihak bimbel, dan inilah perpisahanku dengan mbak, karena liburan akhir semesterku hampir selesai aku pun harus pulang ke rumah, ku lihat motor mio berwarna biru itu meninggalkan rumah nenek. Karena hendak berwudhlu, maka si sapi terpaksa ku turunkan ke kursi dan ia melanjutkan tidurnya.
Sore hari, sekitar pukul 16.15 nenek mengajakku untuk memetik rambutan di rumah yang utara bersama saudara (mbak Dwi). Saat aku hendak pergi ada telepon masuk, itu dari Ibu, ku angkat, kami mengobrol sebentar tentang mbak. Di luar nenek sudah menyuruhku untuk cepat, karena hampir ditinggal, ku jelaskan kepada Ibu hingga akhirnya Ibu mengerti dan membiarkanku untuk memetik rambutan terlebih dahulu. Sampai di lokasi, wah.. yang merah sudah sedikit, itu pun letaknya sangat tinggi, akhirnya dapat seadanya saja. Satu per satu rambutan jatuh, aku pun mengambil dan memasukkannya ke dalam karung, dan tak ku sangka banyak semut sampai mengerubungi tanganku. Pendapatan kali ini terbilang lumayan (sudah alhamdulillah sekali), kami kembali ke rumah nenek untuk memetik rambutan yang ada di depan rumah. Wow.. hati-hati kelilipan semut, salah satu cabang ku pegangi sedangkan mbak Dwi dan nenek mengambil rambutan. Tak tahan tubuh ini dirembeti banyak semut, ku lepas peganganku, kami semua kesemutan, hihi (^_^). setelah berbagi pendapatan antara nenek dan mbak Dwi, teras yang penuh dengan semut ku sapu kemudian aku mandi. Menjelang Maghrib, si sapi ku bawa ke atas ranjang yang berada depan. Eh.. eh.. tadi dirembeti semut kali ini gantian dirembeti kucing (dasar manja, hihi). Adzan Maghrib telah berkumandang, ku geser si sapi dan berusaha tidak membangunkannya. Seusai sholat Maghrib dan mengaji, ku lihat si sapi masih nyenyak tidur, sampai terkadang aku menganggunya, matanya sempat terbuka namun terpejam lagi, sampai aku sendiri yang lelah (hehe kuwalat).
Keesokan harinya (20/02), pukul 07.30, seusai sarapan aku langsung berpamitan kepada nenek dan kakek, serta mas yang kebetulan tadi malam belum sempat bertemu karena pulangnya larut. Haduh, aku malah dibawain rambutan yang kemarin dipetik untuk dibawa pulang. Saat motor mio merah sedang ku panasi, si sapi ndempel-ndempel di kakiku, seperti tak rela aku pergi meninggalkannya. Kakek yang melihat kejadian itu menyuruhku membwanya dengan memasukkannya ke karung yang berisi rambutan, hihi. Tak berapa lama motor mio merah yang ku kendarai menjauh dari rumah nenek.

Kamis, 22 September 2016

LIBURAN SEMESTER 3: #5 MOMENT YANG BELUM TERABADIKAN

-180213-
    Hari ini, Selasa (18/02), merupakan hari terakhirku disini. Pagi ini, kami merasa sangat lapar, maka kami pergi keluar mencari sarapan. Aku membeli sarapan dan mbak membeli biskuit untuk cadangan bila esok lapar menyerang lagi di waktu pagi. Pukul 10.00 lebih kami berangkat ke tempat bimbel. Tiba disana, sudah ada teman mbak yang sedang duduk di sofa. Sembari menunggu waktu sampai pukul 14.30, mbak dan temannya mengobrol masalah jodoh, aku yang sibuk dengan laptop terkadang ikut bergabung cerita. Sampai tak terasa tiga anak SD kelas I masuk ke tempat bimbel. Waktunya bagi mbak untuk beraksi dan mengeluarkan tenaga dalam (seperti film Dragon Ball saja, hihi) menghadapi anak-anak tersebut. Aku yang mendengarkan pembelajaran yang sedang berlangsung, dan sesekali melihat keadaan dibuat heran. Ternyata begini susahnya mengajar anak SD kelas I, mbak yang sempat kuwalahan menawariku untuk mengajar, tapi aku tak mau. Bagaimana denganku nanti, seusai mbak menulis di papan tulis dan menengok ke belakang saja muridnya pada berlarian ke ruang tunggu, haduh. Hari ini ada dua jadwal bimbel, yaitu SD kelas I pukul 14.30 dan SMP kelas VII dan IX pukul 16.00. seusai mbak mengajar, ia tampak lelah, lalu beristirahat. Di waktu yang sama, pembelajaran SMP dengan tentor lain dimulai. Di tengah pembelajaran, eh si kucing datang dan masuk, karena tidak ada makanan ia pun pergi ke belakang, tak jua menemukan makanan, ia berhenti di ruang yang digunakan untuk mengajar, lalu duduk manis, sembari melihat dan mendengarkan pembelajaran ya mungkin, hehe. Tapi sayangnya tidak ada dokumentasi berupa gambar, sehingga merupakan moment yang tidak terabadikan. Waktu menunjukkan pukul 15.30, semestinya bimbel sudah ditutup namun karena pembelajaran belum selesai terpaksa kami menunggu sampai pukul 17.45, akhirnya murid-murid pulang dan bimbel kami tutup kemudian kami pulang. Di tengah jalan, aku dan mbak sempat mengisi premium di SPBU, lalu membeli soto (lagi-lagi soto) untuk makan malam. Sampai di kost, aku mulai menata dan membereskan barang-barangku, malam ini kami tidur lebih awal guna mempersiapkan tenaga untuk besok. Selamat malam (^_^).
 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate