Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 25 April 2017

Skenario-Mu Selalu Indah



Wonosobo, 24 April 2017

....Senja kala itu dia memintaku untuk bertemu. Di sebuah taman kulihat ia duduk santai sembari menunggu. Pelan aku menghampirinya dengan sedikit riuh dalam qalbu. Singkat kami bercengkrama, ia mulai mengarah ke perbincangan serius. Kala kata ‘serius’ terucap dari lisannya hatiku berdegup, membuatku ikut serius memahami tiap urai katanya sembari memikirkan kalimat yang harus aku rangkai untuk membalasnya. Aku hanya mampu menanggapi seadanya karna hati yang berdegup membuyarkan kata-kata dalam pikiranku. Ucapannya seolah menggambarkan bahwa ia tak pernah mengutarakan suatu hal yang membuatku dahulunya menjadi yakin dengannya. Entah mungkin aku menganggap itu sebuah janji atau mungkin hanya angan kala Engkau sedang membalikkan iman. Dan manusia yang bisa dipegang hanyalah ucapannya, dan setiap ucapan ada pertanggungjawabannya. Aku sudah membebaskannya dari segala janji (barangkali sempat ia haturkan tanpa sengaja namun lupa atau memang tak dianggapnya sebuah janji atau malah aku yang menganggapnya janji) karna dahulunya aku pun tak ingin dia menjanjikan apapun untukku. Kini baru tersadari dia dulu belum sedewasa yang dipikirkan Ibuku. Aku baik-baik saja saat itu (hanya jantungku berdegup kencang), namun dalam munajatku kepada-Mu, tanpa terasa pipiku basah. Bukan karena takut kehilangannya, melainkan karna aku harus membuka sedikit hati. Bukan tentang perasaanku kepada-Mu, melainkan tentang perasaan yang Kau selipkan dalam hati, yang sebelumnya kututup rapat untuk satu nama yang selalu tersebut dalam do’a. Mungkin ini jua jawaban do’a tentang hati yang merasa gundah menjalani hubungan tak pasti. Melalui dia, kini aku mendapat kepastian yang selama ini aku tunggu, yaitu menunggu kata ‘kepastian’ itu terucap dari lisannya. Kepastian untuk belajar saling mengikhlaskan, yang juga dia lakukan sebelumnya pada seseorang. Entahlah, hanya Engkau Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Setelah waktu itu mengapa hatiku merasa kehilangan? Bayangannya selalu nampak saat aku memohon kepada-Mu. Perasaan ini terasa sama kala aku kehilangan Ibu, tapi aku tak tahu ini nafsu atau hatiku yang berkata, atau rasa kecewa atas ucapan yang pernah diutarakannya tentang masa depan, ataupun ini bekas kepahitan atas kepergian Ibu yang belum hilang. Apapun itu, aku selalu memohon jangan Engkau palingkan aku dari-Mu. Takdir yang Kau beri sungguh menguji hatiku dan tangis yang Kau beri selalu membuka mataku.. bahwa cinta yang sebenar cinta hanya ada satu. Karena kekecawaan di masa lalu aku mampu mendekat kepada-Mu dan karena kehilangan ini aku belajar bersyukur menerima ketentuan-Mu. Rangkaian kalimat yang pernah kubaca “walau digenggam kuat, andai ia bukan milik kita, ia terlepas jua, walau ditolak ke tepi andai ia untuk kita, ia mendatang jua, itulah namanya jodoh” membuatku kembali tersadar. Tak usah mengkhawatirkan jodoh, ia tak akan tertukar. Bukankah jodoh itu termasuk rezeki-Nya? Allah telah berfirman “Dan tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz) (Q.S. Hud: 6). Tiada dendam atau dengki atas ucapannya, ini jua khilafku di masa lalu yang salah mengartikan kalimatnya, hingga kami menjalani hubungan tak pasti. Kini aku harus siap menerima ketentuan-Mu, termasuk mengikhlaskan bila nantinya bukan dia masa depanku. Tak hanya ia, aku pun sadar kini diriku belum siap untuk menikah, maka jagalah hatiku dan hatinya untuk masa depan kami masing-masing. Namun.. jika suatu saat aku sudah siap menikah, perkenankanlah keinginanku wahai Rabb pemilik hati penyatu dua insan. Dan saat itu belum terucap dalam hatiku, maka berilah aku kesempatan untuk selalu memperbaiki dan memantaskan diri dihadap-Mu, mengharap penuh keikhlasan, memohon kepada-Mu untuk menunjukkan, dengan sedikit merayu-rayu pada-Mu yang tahu isi hatiku. Aku kembali tersadar, bahwa tak ada janji selain akad yang terucap, dan janji sebelum akad itu bersifat lemah. Karena yang baik hanya datang di saat yang tepat, terimakasih.. skenario-Mu selalu indah. (^_^)


Cinta itu ibarat nahkoda yang sedang berlayar di tengah lautan yang akan menepi ke pelabuhan, tanpa arah dan hanya mengandalkan perkiraan. Maka ia akan mengikuti angin yang mengantarkannya ke tepi, selama perjalanan ke tepi, terkadang ada badai atau karang menghadang. Jika berhasil menepi di suatu dermaga, terkadang masih ada hambatan dimana kapal tak bisa berlabuh karna dermaga terlalu kecil, atau pasang surut air laut yang membuat dermaga tenggelam atau menjadi daratan. Jika dermaga tak bisa digunakan untuk melabuhkan kapal, maka nahkoda harus mengarungi lautan kembali dan mencari dermaga lain. Maka mohonlah kepada Allah untuk menghadirkan tiupan angin yang baik yang mengantarkan kapal ke dermaga yang tepat, dan jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut (Q.S. Yunus: 22 dan Q.S. Asy-Syura: 33).


“Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu, labuhkanlah perasaan ini pada hati yang juga memohon kepada-Mu agar hatinya menjadi tempat berlabuh perasaan ini, aamiin yaa robbal ‘aalamiin”
 

1 komentar:

 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate