Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 05 Februari 2013

Kisahku dengan Sang Kutu Raksasa


            Aku menyebutnya kutu karena dia menyerupai seekor kutu yang besar namun lebih mengerikan. Tahukah kamu apa itu? Kalau belum tahu, akan aku kasih tahu sedikit..
Ia bermetamorfosis tak sempurna, telur => nimfa => imago. Kalau masih ragu-ragu dengan jawaban yang sudah kamu pegang, dengarkanlah pengalaman pribadiku ini..
            Aku selalu dikejutkan oleh kutu tersebut, dimanapun dan kapanpun, selalu ia menghantuiku, selalu ada kisah antara aku dan dia, kisah yang selalu membuatku meringis ketakutan. Setiap ku coba beranikan diri dengannya, ia selalu menang dan aku semakin takut padanya. Inilah kisahku dengan sang kutu raksasa.
            Dulu, saat rumahku belum berubah, kisah pertama kali dimana aku takut atau gilapen atau phobia (tapi tak berefek samping seperti gatal-gatal dan sejenisnya yang dialami ketika phobia, hanya bahasa keren ^_^). Saat tengah sore menjelang maghrib (sekitar jam 5an), seusai aku bangun dari tidurku, aku merasa ada yang menggelitik di telapak kakiku dan sempat ku lihat ternyata itu dia, si kutu raksasa yang mengerikan, sontak aku langsung menjerit dan menghentak-hentakkan kakiku diatas kasur berharap dia jatuh dari telapak kakiku dan aku langsung bangun, pergi menjauhi kamar, akhirnya diuruslah dia oleh kedua orang tuaku. Itulah saat pertama membuatku takut sesaat padanya.
            Yang kedua, ketika ada tetangga yang juga sahabatku sejak dini (rumahnya dulu disamping rumahku) berkunjung ke rumahku untuk sekedar main, pada waktu malam tiba-tiba ada seekor kutu raksasa yang nakal, itu belum menjadi masalah bagiku. Namun ternyata dia membawa koloninya, semuanya panik dan sibuk sendiri untuk mengatasi si kutu-kutu raksasa itu, ada yang di udara dan ada yang di darat. Dan sempat aku menginjak salah satu dari mereka, si kutu, namun ia tak mati, hanya menggelitik saja di telapak kakiku (lagi-lagi menggelitik) yang membuatku sadar bahwa aku menginjaknya.  Dalam hatiku bergumam, apa sekarang adalah hari besar bagi kutu-kutu raksasa itu. Aneh memang, namun tak hanya untuk satu kali itu saja, beberapa hari atau beberapa minggu mereka muncul lagi, beterbangan kesana kemari, jalan-jalan bahkan lari-lari kesana kemari. Rasa takutku meningkat beberapa derajat (memangnya suhu), maksudku meningkat beberapa meter (memangnya jarak/ tinggi), emm.. ya intinya ketakutanku mencuat.
            Yang selanjutnya, inilah saat yang paling aku tidak suka, saat-saat yang tak pernah ku inginkan, saat-saat yang mungkin seharusnya tidak terjadi, namun telah terjadi (Qadar). Disaat aku sendiri di dapur, aku melihat keatas, disitu ada dia yang sudah tak asing lagi bagiku. Kali ini ku coba beranikan diri mengusirnya (mumpung hanya seekor). Mataku berkeliling mencari sapu, berharap menemukannya namun nihil hasilnya. Akhirnya ku beranikan diri dengan tangan kosong, sedikit keraguan menyelimuti dan dag-dig-dug…… tiba-tiba ia jatuh dan menjatuhiku, menempel di pipiku, aku megusap-ngusap pipiku dengan tanganku dan lari menjauhi dapur dengan rasa gemetar yang hebat. Sejak itu aku tak pernah berani lagi dengannya, aku mengaku kalah dengan ia, yang hanya sebesar ibu jari. Dan pernah suatu malam ketika aku sedang lelap, aku merasa ada yang berjalan keliling dipipiku, aku merasa mengenal gelitikan itu, tanganku telah mengusap-usap pipi namun aku tak merasa menyentuh sesuatu itu, aku bingung saat itu aku sedang nglindur atau hanya mimpi tapi seperti kenyataan. Hi……
            Next, saat rumahku berubah aku sudah lupakan hal-hal tentang itu, berharap tak pernah menemuinya lagi. Saat aku memasuki kamar, eh lah dalah muncul lagi dengan gaya sok kalem (keadaan diam). Aku mencoba pergi namun ternyata kali ini dia yang pergi tanpa menggangguku sedikit pun (sopan banget), untungnya aku belum sempat berteriak. Lumayan lega, hanya lumayan belum sepenuhnya. Pernah juga waktu praktikum biologi tentang mengukur respirasi pada hewan, disuruh membawa salah satunya dia, yang paling aku takuti, aku hanya membawa binatang-binatang kecil dan tentunya dia tak aku bawa, hanya anaknya saja karena aku tak takut pada anaknya. Suatu ketika temanku membawa yang besar, haduh.. tak hanya satu ekor lagi (bukan ekornya saja). Saat dia si kutu raksasa akan diamati oleh temanku, eh.. dianya kabur, jalan-jaln di lantai, aku yang melihatnya langsung panik tapi Alhamdulillah tanpa rasa belas kasihan dan penuh percaya diri temanku langsung menginjaknya, hehe.. lucu, sampai pada ketawa melihat tingkahnya, polos banget, seperti seorang balita yang belum mempunyai dosa, padahal si kutu yang telah mati itu akan dijadikan bahan penelitian malah sudah mati dahulu. (^_^)
            Dan finally, inilah yang paling aneh menurutku, dari kejadian-kejadian sebelumnya. Lama aku tak berjumpa dengannya, suatu malam (belum lama dari penerbitan cerita ini, tadi malam hari Selasa, 27 Desember 2011) ketika kebanyakan orang sudah terlelap, aku melihat lampu ruang tamu belum dimatikan, aku bertanya pada bapak dan akhirnya aku menuju ruang tamu, duduk sebentar. Belum ada 1 menit menurutku tiba-tiba ada yang muncul dari balik lemari kaca. Itu dia... si kutu raksasa yang selama ini menghantuiku. Aku hanya memandang, hatiku bimbang antara mengusirnya atau aku matikan lampu dan pergi, di tengah pemikiranku tiba-tiba dia terbang mendekatiku dan mengejarku, tanpa pikir panjang aku lari sambil minta tolong, arah tujuanku saat itu tangga dan aku berhenti sejenak, duduk di tangga. Bapak yang mendengarku langsung mengurusinya sambil heran melihat tingkahku, Alhamdulillah aku tak membangunkan Ibu, mbak ataupun tetangga. Saat aku melihatnya, dia memang tampak mengejarku namun pendaratannya tidak di bajuku (Alhamdulillah), dia meleset ke arah samping dan mendarat di lantai. Nampaknya dia memang tak dapat terbang menempuh jarak yang jauh (itu argumenku karena aku melihatnya tak hanya untuk satu kali). Aku tidak suka padanya, astaghfirullah.. maksudku bukan tidak suka pada ciptaan-Nya, hanya saja selalu ada cerita tersendiri antara aku dengan ia, si kutu raksasa yang mengerikan.
Itulah dia, si kutu raksasa yang mengerikan. Apa sekarang kamu yakin dengan jawabanmu? Sekali lagi, nampaknya dia banyak menjadi ketakutan bagi seseorang yang memang penakut. Ia memiliki 2 antena di kepalanya, saat menjadi nimfa dia berwarna abu-abu dan belum dapat terbang, kakinya seperti kaki belalang, penuh dengan duri-duri atau apa namanya aku belum tahu.
Inilah dia, bentuknya menyerupai kutu, namun raksasa dan mengerikan. Ya.. kecoa, dia yang sering menghantuiku.
Sekarang cocokkan dengan jawabanmu tadi, true or false..
Itu ceritaku.. apa ceritamu? (^_^)

Minggu, 03 Februari 2013

Mata yang tidak menangis di hari kiamat



Mata yang tidak menangis di hari kiamat

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, “Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?
Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah”.

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.

 Author : Rifan Ferryawan




 

Pendapat anda mengenai blog ini ?

like

  • #Udah Putusin Aja
  • As Shirah Nabawiyah
  • Q.S. Ar-Rahman
  • Tahajud Cinta
  • Ya ALLAH Aku Jatuh Cinta

Translate